Haus

Di tengah suatu padang gurun, seorang pengembara sedang bergumul untuk bertahan hidup karena kehabisan air minum. Namun, akhirnya ia menemukan sumber mata air minum satu-satunya di daerah tersebut. Dan dia menemukan sepucuk surat tersimpan di dalam kaleng yang terikat pada pompa tua yang terpasang di sumber mata air tersebut.

Isi suratnya sebagai berikut, "Pompa ini berfungsi sebagaimana mestinya karena saya telah mengganti perangkat penghisap didalamnya yang seharusnya bisa bertahan cukup lama. Namun bagian penghisap ini pasti akan kering setelah beberapa saat dan perlu 'dipancing' kembali dengan air. Nah, di bawah batu yang berwarna putih, jauh dari sinar matahari saya telah mengubur sebotol air bersih. Didalam botol itu tersedia cukup air untuk dapat dipakai 'memancing' air dari sumur."

"Namun, airnya akan kurang apabila air tersebut Anda minum terlebih dahhulu. Percayalah, sumur ini tidak pernah kering. Setelah Anda berhasil mengeluarkan air dari sumur, jangan lupa untuk mengisi penuh botol ini kembali dan kuburkan botol ini ke tempat semula untuk orang lain yang membutuhkannya. Tertanda, temanmu di saat haus. N.B.: Ingat, jangan minum isi botolnya, pakailah untuk memancing pompanya, maka Anda akan mendapatkan air jauh lebih banyak dari yang Anda butuhkan."

Dapatkah Anda bayangkan pergumulan di dalam batin orang ini, antara segera menyelamatkan diri dengan meminum isi botol tersebut atau mempergunakannya unuk mendapatkan air yang lebih banyak dari sumur, seperti yang dijanjikan surat itu.

Namun sesungguhnya kepercayaannya kepada surat tersebut untuk kemudian melakukan persis seperti yang dianjurkan surat tersebutlah yang akan membuat dia tetap dapat bertahan hidup.

Bukankah dalam kehidupan rohani kita sering menghadapi pergumulan yang sama? Kita cenderung melakukan apa yang kita anggap sebagai sesuatu yang lebih pasti (tapi bersifat sementara) karena kasat mata dan ada di depan kita, dibandingkan dengan kepercayaan kepada firman Tuhan, yang sering kita anggap mengandung "resiko" untuk ditaati.

Alkitab bukan sekedar "Surat" yang berisi janji-janji yang tidak teruji. Alkitab adalah kebenaran yang dapat memenuhi lebih dari semua yang Anda butuhkan. Namun, dibutuhkan iman untuk melakukan apa yang diperintahkanNya. Dan iman timbul dari pendengaran akan firman Tuhan.

Apabila Anda mempergunakan apa yang ada di dalam tangan Anda dalam memiliki iman kepada Nya dengan melakukan seperti apa yang difirmankanNya, maka Anda menemukan lebih dari semua yang Anda butuhkan didalam segala aspek kehidupan Anda. Firman Tuhan berkata bahwa iman bekerja sama dengan perbuatan-perbuatan dan oleh perbuatan-perbuatan itu iman kita menjadi sempurna.

Paruh Rajawali

Rajawali adalah burung yang istimewa, bahkan mendapat tempat khusus di dalam Alkitab.

Keistimewaannya bukan saja karena kekuatan sayapnya, yang memang dimilikinya karena "didikan" yang keras dan luar biasa, namun juga karena paruhnya yang kuat dan kokoh.

Paruh rajawali amat kuat sehingga burung itu ditakuti dan disegani. Tapi, tahukah Anda apa yang terjadi dengan paruh rajawali setelah melewati tahun-tahun panjang? Paruh yang kuat itu bisa melapuk dan akhirnya tidak mampu lagi dipergunakan untuk memangsa hewan lain. Jika keadaan ini berjalan terus, tentu rajawali itu tidak akan memperoleh makanan dan akhirnya matilah ia.

Itu sebabnya rajawali kemudian dengan sengaja mematahkan paruhnya itu ke cadas hingga hancur. Justru setelah paruh lamanya hancur, ia harus bertahan sejenak, dan kemudian tumbuhlah paruh yang baru dan kuat. Rajawali itu menjadi kuat kembali. Hanya dengan cara demikianlah ia bisa terus bertahan hidup lama.

Pembaharuan juga bisa terjadi dalam kehidupan kita, dan itu dikerjakan langsung oleh Allah. Iman kita bisa saja menjadi rapuh karena mandeg dan tidak berkembang lagi. Namun, Allah senantiasa mengajar kita untuk mau dan mampu memperbaharui kehidupan iman kita, sehingga kita menjadi muda kembali, bertenaga dan dinamis.

Bagaimana dengan kehidupan iman Anda? Adakah hal-hal yang rapuh dan mandeg karena tidak kita jaga dan kembangkan? Mintalah pada Tuhan agar Ia memperbaharui kita. Walau itu berarti "paruh iman" kita harus hancur ketika mengalami didikan Allah yang keras. Semua itu menghasilkan paruh baru yang muncul dari kehidupan iman kita yang kembali bergairah, hidup dan dinamis.

Bersediakah Anda?

Kisah Sarang Burung

Seorang pria berdiri di sisi jalan dengan sebuah kandang burung yang sangat besar. Seorang anak lelaki muda memperhatikan bahwa kandang tersebut penuh dengan banyak burung yang berbagai jenis. "Darimana Anda mendapatkan semua burung itu?" tanyanya.
"Oh, dari semua tempat," pria itu menjawab. "Saya pikat mereka dengan remah-remah, berpura-pura saya adalah teman mereka lalu ketika mereka mendekat, saya jaring mereka dan masukkan mereka ke dalam kandang saya."
"Dan apa yang akan Anda lakukan dengan mereka sekarang?"

Pria itu menyeringai, "Saya akan menjorokkan mereka dengan stik-stik, dan membuat mereka sangat marah hingga mereka bertengkar dan saling membunuh satu sama lain. Semua yang bertahan, saya akan bunuh. Tak ada yang akan selamat."
Anak laki-laki itu melihat terus-menerus kepada sang pria. Apa yang membuat dia menjadi seperti itu? Ia melihat kepada dua bola mata yang kejam dan tajam. Lalu ia melihat kepada burung-burung di kandang, tanpa pertahanan, tanpa harapan.

"Bisakah saya membeli burung-burung tersebut?" anak pria itu bertanya.
Pria tersebut seperti menyembunyikan sebuah senyuman, meyakini bahwa ia bisa bermain bagus jika ia mempermainkan kartunya dengan baik. "Baiklah," ia menjawab agak ragu, "Kandang ini sendiri sudah cukup mahal, dan saya sudah menghabiskan banyak waktu mengkoleksi burung-burung itu, saya mengatakan kepada kamu apa yang akan saya lakukan, saya akan memberikan kepada Anda kapling tempat kandangnya, burung-burungnya, kandangnya, dan semuanya untuk sepuluh pound dan jaket yang sedang kamu kenakan."
Anak lelaki itu terdiam sejenak, sepuluh pound sudah semua yang ia miliki, dan jaketnya itu masih baru dan sangat spesial, kenyataannya itu adalah miliknya yang paling berharga. Dengan lambat, ia mengeluarkan sepuluh pound dan mengulurkannya, lalu dengan lebih lambat lagi ia mencopot jaketnya, melihatnya sebentar lalu mengulurkan jaket itu juga.
Lalu ia membuka pintu dan membiarkan burung-burung itu bebas.

Musuh dari dunia ini, setan, berada di pinggir jalan kehidupan dengan sebuah kandang yang sangat besar sekali. Pria yang mendatangi ia memperhatikan bahwa itu penuh berjejalan dengan orang-orang dari berbagai tipe, muda, tua, dari beragam ras dan bangsa. "Darimana Anda mendapatkan semua orang ini?" pria itu bertanya.
"Oh, dari berbagai penjuru dunia," jawab setan. "Saya goda mereka minuman, obat-obatan, nafsu, kebohongan, amarah, kebencian, cinta akan uang dan semua perilaku buruk. Saya berpura-pura bahwa saya adalah teman mereka, keluar untuk memberikan waktu yang menyenangkan, lalu saya jerat mereka, ke dalam kandang dimana mereka masuk."
"Lalu apa yang akan Anda lakukan dengan mereka semua sekarang?" tanya sang pria.
Setan pun menyeringai. "Saya akan menyodok mereka, memprovokasi mereka, membuat mereka saling membenci dan menghancurkan satu sama lain; saya akan memegang kendali atas kebencian rasial, menentang hukum dan peraturan yang ada; saya akan membuat orang menjadi bosan, sendiri, tidak merasa puas, bingung, dan kurang istirahat. Itu sangat mudah. Orang akan selalu mendengar apa yang saya tawarkan kepada mereka dan (yang lebih baik lagi) menyalahkan Tuhan akan apa yang menimpa mereka!"
"Lalu apa?" pria itu bertanya.

"Bagi yang tidak menghancurkan diri mereka sendiri, akan saya hancurkan. Tak akan ada yang terlewat dari saya."

Pria itu melangkah maju, "Bisakah saya membeli orang-orang itu darimu?" tanyanya.

Setan menggertak, "Ya, tetapi itu akan membuat Anda harus membayar dengan hidup Anda."
Maka Yesus Kristus, Putra Allah, telah membayar untuk pembebasanmu, kebebasanmu dari jeratan Setan, dengan hidupNya sendiri, di salib Kalvari. Pintu telah terbuka, dan siapapun, yang setan telah tipu dan tangkap, dapat terbebaskan.
Sumber: inspirationalarchive.com

Bagian Terpenting Dari Tubuhmu

Ibuku selalu bertanya padaku, apa bagian tubuh yang paling penting.

Bertahun-tahun, aku selalu menebak dengan jawaban yang aku anggap benar. Ketika aku muda, aku pikir suara adalah yang paling penting bagi kita sebagai manusia, jadi aku jawab, "Telinga, Bu." Tapi, ternyata itu bukan jawabannya.

"Bukan itu, Nak. Banyak orang yang tuli. Tapi, teruslah memikirkannya dan aku menanyakan lagi nanti."

Beberapa tahun kemudian, aku mencoba menjawab, sebelum dia bertanya padaku lagi. Sejak jawaban pertama, kini aku yakin jawaban kali ini pasti benar. Jadi, kali ini aku memberitahukannya. "Bu, penglihatan sangat penting bagi semua orang, jadi pastilah mata kita."

Dia memandangku dan berkata, "Kamu belajar dengan cepat, tapi jawabanmu masih salah karena banyak orang yang buta."

Gagal lagi, aku meneruskan usahaku mencari jawaban baru dan dari tahun ke tahun Ibu terus bertanya padaku beberapa kali dan jawaban dia selalu, "Bukan. Tapi, kamu makin pandai dari tahun ke tahun, Anakku."

Akhirnya tahun lalu, kakekku meninggal. Semua keluarga sedih. Semua menangis. Bahkan, ayahku menangis. Aku sangat ingat itu karena itulah saat kedua kalinya aku melihatnya menangis. Ibuku memandangku ketika tiba giliranku untuk mengucapkan selamat tinggal pada kakek.

Dia bertanya padaku, "Apakah kamu sudah tahu apa bagian tubuh yang paling penting, sayang?"

Aku terkejut ketika Ibu bertanya pada saat seperti ini. Aku sering berpikir, ini hanyalah permainan antara Ibu dan aku. Ibu melihat kebingungan di wajahku dan memberitahuku, "Pertanyaan ini penting. Ini akan menunjukkan padamu apakah kamu sudah benar-benar "hidup".

Untuk semua bagian tubuh yang kamu beritahu padaku dulu, aku selalu berkata kamu salah dan aku telah memberitahukan kamu kenapa. Tapi, hari ini adalah hari di mana kamu harus mendapat pelajaran yang sangat penting." Dia memandangku dengan wajah keibuan. Aku melihat matanya penuh dengan air. Dia berkata, "Sayangku, bagian tubuh yang paling penting adalah bahumu."

Aku bertanya, "Apakah karena fungsinya untuk menahan kepala?"

Ibu membalas, "Bukan, tapi karena bahu dapat menahan kepala seorang teman atau orang yang kamu sayangi ketika mereka menangis. Kadang-kadang dalam hidup ini, semua orang perlu bahu untuk menangis. Aku cuma berharap, kamu punya cukup kasih sayang dan teman-teman agar kamu selalu punya bahu untuk menangis kapan pun kamu membutuhkannya."

Akhirnya, aku tahu.

Bagian tubuh yang paling penting adalah tidak menjadi orang yang mementingkan diri sendiri.
Tapi, simpati terhadap penderitaan yang dialami oleh orang lain.

Orang akan melupakan apa yang kamu katakan.
Orang akan melupakan apa yang kamu lakukan.
Tapi, orang TIDAK akan pernah lupa bagaimana kamu membuat mereka berarti.

Hati Seorang Ayah

Suatu ketika, ada seorang anak wanita bertanya kepada Ayahnya, tatkala tanpa sengaja dia melihat Ayahnya sedang mengusap wajahnya yang mulai berkerut-merut dengan badannya yang terbungkuk-bungkuk, disertai suara batuk-batuknya. Anak wanita itu bertanya pada ayahnya, "Ayah, mengapa wajah Ayah kian berkerut-merut dengan badan Ayah yang kian hari kian terbungkuk ?" Demikian pertanyaannya, ketika Ayahnya sedang santai di beranda.

Ayahnya menjawab : "Sebab aku Laki-laki." Itulah jawaban Ayahnya. Anak wanita itu berguman : "Aku tidak mengerti." Dengan kerut-kening karena jawaban Ayahnya membuatnya tercenung rasa penasaran. Ayahnya hanya tersenyum, lalu dibelainya rambut anak wanita itu, terus menepuk nepuk bahunya, kemudian Ayahnya mengatakan : "Anakku, kamu memang belum mengerti tentang Laki-laki." Demikian bisik Ayahnya, membuat anak wanita itu tambah kebingungan.

Karena penasaran, kemudian anak wanita itu menghampiri Ibunya lalu bertanya : "Ibu mengapa wajah ayah menjadi berkerut-merut dan badannya kian hari kian terbungkuk? Dan sepertinya Ayah menjadi demikian tanpa ada keluhan dan rasa sakit?"

Ibunya menjawab: "Anakku, jika seorang Laki-laki yang benar-benar bertanggung jawab terhadap keluarga itu memang akan demikian." Hanya itu jawaban Sang Bunda.

Anak wanita itupun kemudian tumbuh menjadi dewasa, tetapi dia tetap saja penasaran.

Hingga pada suatu malam, anak wanita itu bermimpi. Di dalam mimpi itu seolah-olah dia mendengar suara yang sangat lembut, namun jelas sekali. Dan kata-kata yang terdengar dengan jelas itu ternyata suatu rangkaian kalimat sebagai jawaban rasa penasarannya selama ini.

"Saat Kuciptakan Laki-laki, aku membuatnya sebagai pemimpin keluarga serta sebagai tiang penyangga dari bangunan keluarga, dia senantiasa akan menahan setiap ujungnya, agar keluarganya merasa aman teduh dan terlindungi. "

"Kuciptakan bahunya yang kekar & berotot untuk membanting tulang menghidupi seluruh keluarganya & kegagahannya harus cukup kuat pula untuk melindungi seluruh keluarganya. "

"Kuberikan kemauan padanya agar selalu berusaha mencari sesuap nasi yang berasal dari tetesan keringatnya sendiri yang halal dan bersih, agar keluarganya tidak terlantar, walaupun seringkali dia mendapatkan cercaan dari anak-anaknya. "

"Kuberikan Keperkasaan & mental baja yang akan membuat dirinya pantang menyerah, demi keluarganya dia merelakan kulitnya tersengat panasnya matahari, demi keluarganya dia merelakan badannya basah kuyup kedinginan karena tersiram hujan dan hembusan angin, dia relakan tenaga perkasanya terkuras demi keluarganya & yang selalu dia ingat, adalah disaat semua orang menanti kedatangannya dengan mengharapkan hasil dari jerih payahnya."

"Kuberikan kesabaran, ketekunan serta keuletan yang akan membuat dirinya selalu berusaha merawat & membimbing keluarganya tanpa adanya keluh kesah, walaupun disetiap perjalanan hidupnya keletihan dan kesakitan kerap kali menyerangnya. "

"Kuberikan perasaan keras dan gigih untuk berusaha berjuang demi mencintai & mengasihi keluarganya, didalam kondisi & situasi apapun juga, walaupun tidaklah jarang anak-anaknya melukai perasaannya melukai hatinya. Padahal perasaannya itu pula yang telah memberikan perlindungan rasa aman pada saat dimana anak-anaknya tertidur lelap. Serta sentuhan perasaannya itulah yang memberikan kenyamanan bila saat dia sedang menepuk-nepuk bahu anak-anaknya agar selalu saling menyayangi & mengasihi sesama saudara."

"Kuberikan kebijaksanaan & kemampuan padanya untuk memberikan pengetahuan padanya untuk memberikan pengetahuan & menyadarkan, bahwa Istri yang baik adalah Istri yang setia terhadap Suaminya, Istri yang baik adalah Istri yang senantiasa menemani. & bersama-sama menghadapi perjalanan hidup baik suka maupun duka, walaupun seringkali kebijaksanaannya itu akan menguji setiap kesetiaan yang diberikan kepada Istri, agar tetap berdiri, bertahan, sejajar & saling melengkapi serta saling menyayangi."

"Kuberikan kerutan diwajahnya agar menjadi bukti bahwa Laki-laki itu senantiasa berusaha sekuat daya pikirnya untuk mencari & menemukan cara agar keluarganya bisa hidup di dalam keluarga bahagia & BADANNYA YANG TERBUNGKUK agar dapat membuktikan, bahwa sebagai laki-laki yang bertanggungjawab terhadap seluruh keluarganya, senantiasa berusaha mencurahkan sekuat tenaga serta segenap perasaannya, kekuatannya, keuletannya demi kelangsungan hidup keluarganya. "

"Kuberikan kepada Laki-laki tanggung jawab penuh sebagai Pemimpin keluarga, sebagai Tiang penyangga, agar dapat dipergunakan dengan sebaik-baiknya dan hanya inilah kelebihan yang dimiliki oleh laki-laki, walaupun sebenarnya tanggung jawab ini adalah amanah di Dunia & Akhirat."

Terbangun anak wanita itu, dan segera dia berlari, berlutut & berdoa hingga menjelang subuh. Setelah itu dia hampiri bilik Ayahnya yang sedang berdoa, ketika Ayahnya berdiri anak wanita itu merengkuh dan mencium telapak tangan Ayahnya. "AKU MENDENGAR & MERASAKAN BEBANMU, AYAH."

Dunia ini memiliki banyak keajaiban, segala ciptaan Tuhan yang begitu agung, tetapi tak satu pun yang dapat menandingi keindahan tangan Ayah...

Berbahagialah yang masih memiliki Ayah. Dan lakukanlah yang terbaik untuknya....
Berbahagialah yang merasa sebagai ayah. Dan lakukanlah yang terbaik buat keluarga kita....

Harga Mujizat

Sally baru berumur 8 thn ketika dia mendengar ayah dan ibunya berbicara tentang kakaknya Georgi. Kakaknya sakit dan mereka telah melakukan semuanya untuk menyelamatkan nyawanya. Hanya pengobatan yang sangat mahal yang dapat menolongnya sekarang tapi itu tidak mungkin karena kesulitan keuangan keluarga tersebut.

Sally mendengar ayahnya berkata, hanya mujizat yang dapat menyelamatkannya sekarang. Sally masuk ke kamarnya dan mengambil celengan yang disimpannya, menjatuhkannya ke lantai dan menghitungnya dengan hati-hati. 3 kali dihitungnya hingga benar-benar yakin tidak salah hitung.

Dia memasukkan uang koin tsb kedalam saku sweaternya dan menyelinap meninggalkan rumahnya untuk menuju ke sebuah toko obat. Dengan penuh kesabaran, ditunggunya si apoteker yang tengah sibuk berbicara dengan seorang pria. Si apoteker tidak melihatnya karena dia begitu kecil. Hal itu membuat Sally bosan dan dia menghentak-hentakan kakinya ke lantai untuk membuat kebisingan. Si apoteker melongokkan kepalanya tapi juga tidak melihat si Sally kecil.

Akhirnya dia keluar dan menemui Sally. "Apa yang kau mau?" tanya si apoteker dengan keras. "Saya sedang berbicara dengan saudara saya."

"Baik, saya ingin berbicara ttg kakak saya," Sally menjawab dengan nada yang sama, "Dia sakit, dan saya ingin membeli suatu mujizat."

"Maaf, apa yang kamu katakan ?" kata si apoteker.

"Ayah saya berkata hanya mujizat yang dapat menyelamatkannya, nah sekarang berapa harga mujizat itu ?"

"Kami tidak menjual mujizat disini, anak kecil. Saya tidak dapat menolongmu."

"Dengar, saya mempunyai uang untuk membelinya jadi katakan saja berapa harganya," kata Sally dengan lantang.

Seorang pria dengan berpakaian rapi duduk jongkok dihadapannya dan bertanya ...... "Mujizat jenis apa yang dibutuhkan saudaramu?"

"Saya tidak tahu," jawab Sally. Airmata mulai mengalir dipipinya "Yang saya tahu, dia benar-benar sakit dan ibu saya mengatakan kalau dia harus dioperasi. Tapi keluarga saya tidak dapat membayarnya.......jadi saya mengambil tabungan saya.

"Berapa banyak yang kau punya?" tanya pria itu.

"Satu dollar 11 sen," jawabnya dengan bangga. "Dan inilah semua uang yang saya punyai didunia ini."

"Wah, suatu diluar logika," senyum pria tadi, Satu dollar 11 sen....harga yang tepat untuk mujizat yang menyelamatkan kakaknya. Dia mengambil uang itu dan tangan yang satunya membimbing tangan anak kecil itu sambil berkata : "Bawa aku ketempat kamu tinggal, aku ingin bertemu dengan kakak dan orangtuamu".

Pria berpakaian rapi itu adalah Dr. Carlton Armstrong, seorang spesialis bedah. Dia membantu penyembuhan kakak Sally, si Georgi itu. Operasi berjalan sempurna tanpa bayaran dan tidak berlangsung lama sampai akhirnya Georgi kecil pulang kerumah dan sudah sembuh. Ayah dan ibunya sangat bahagia untuk peristiwa ini, "Operasi itu......sebuah keajaiban......Saya tidak bisa membayangkan berapa banyak biaya yang dikeluarkan dan kita tidak membayarnya sedikitpun...." kata sang ibu.

Sally tersenyum sendiri......Dia tahu persis berapa harga mujizat untuk kesembuhan kakaknya.... satu dollar 11 sen dan tentu saja ditambah dengan IMAN dari si Sally kecil, seperti firman Tuhan, iman sebesar biji sesawipun akan diperhitungkan.

Goresan Mobil

Tersebutlah seorang pengusaha muda dan kaya. Ia baru saja membeli mobil mewah, sebuah Jaguar yang mengkilap. Kini, sang pengusaha, sedang menikmati perjalanannya dengan mobil baru itu. Dengan kecepatan penuh dipacunya kendaraan itu mengelilingi jalanan tetangga sekitar dengan penuh rasa bangga dan prestise.

Di pinggir jalan, tampak beberapa anak yang sedang bermain sambil melempar sesuatu. Namun, karena berjalan terlalu kencang, tak terlalu diperhatikannya anak-anak itu. Tiba-tiba, dia melihat seseorang anak kecil yang melintas dari arah mobil-mobil yang di parkir di jalan. Tapi, bukan anak-anak yang tampak melintas sebelumnya.

"Buk....!" Aah..., ternyata, ada sebuah batu seukuran kepalan tangan yang menimpa Jaguar itu yang dilemparkan si anak itu. Sisi pintu mobil itupun koyak, tergores batu yang dilontarkan seseorang.

"Cittt...." ditekannya rem mobil kuat-kuat. Dengan geram, dimundurkannya mobil itu menuju tempat arah batu itu di lemparkan. Jaguar yang tergores, bukanlah perkara sepele. Apalagi, kecelakaan itu dilakukan oleh orang lain, begitu pikir sang pengusaha dalam hati.

Amarahnya memuncak. Dia pun keluar mobil dengan tergesa-gesa. Di tariknya anak yang dia tahu telah melempar batu ke mobilnya, dan di pojokkannya anak itu pada sebuah mobil yang diparkir.

"Apa yang telah kau lakukan!? Lihat perbuatanmu pada mobil kesayanganku!!"

Lihat goresan itu", teriaknya sambil menunjuk goresan di sisi pintu.

"Kamu tentu paham, mobil baru jaguarku ini akan butuh banyak ongkos di bengkel untuk memperbaikinya." Ujarnya lagi dengan kesal dan geram, tampak ingin memukul anak itu.

Si anak tampak menggigil ketakutan dan pucat, dan berusaha meminta maaf.

"Maaf Pak, Maaf. Saya benar-benar minta maaf. Sebab, saya tidak tahu lagi harus melakukan apa."

Air mukanya tampak ngeri, dan tangannya bermohon ampun.

"Maaf Pak, aku melemparkan batu itu, karena tak ada seorang pun yang mau berhenti...."

Dengan air mata yang mulai berjatuhan di pipi dan leher, anak tadi menunjuk ke suatu arah, di dekat mobil-mobil parkir tadi.

"Itu disana ada kakakku yang lumpuh. Dia tergelincir, dan terjatuh dari kursi roda. Saya tak kuat mengangkatnya, dia terlalu berat, tapi tak seorang pun yang mau menolongku. Badannya tak mampu kupapah, dan sekarang dia sedang kesakitan..."

Kini, ia mulai terisak.

Dipandanginya pengusaha tadi. Matanya berharap pada wajah yang mulai tercenung itu.

"Maukah Bapak membantuku mengangkatnya ke kursi roda? Tolonglah, kakakku terluka, tapi saya tak sanggup mengangkatnya"

Tak mampu berkata-kata lagi, pengusaha muda itu terdiam. Amarahnya mulai sedikit reda setelah dia melihat seorang lelaki yang tergeletak yang sedang mengerang kesakitan. Kerongkongannya tercekat. Ia hanya mampu menelan ludah. Segera dia berjalan menuju lelaki tersebut, di angkatnya si cacat itu menuju kursi rodanya. Kemudian, diambilnya sapu tangan mahal miliknya, untuk mengusap luka di lutut yang memar dan tergores, seperti sisi pintu Jaguar kesayangannya. Setelah beberapa saat, kedua anak itu pun berterima kasih, dan mengatakan bahwa mereka akan baik-baik saja.

"Terima kasih, dan semoga Tuhan akan membalas perbuatan Bapak."

Keduanya berjalan beriringan, meninggalkan pengusaha yang masih nanar menatap kepergian mereka. Matanya terus mengikuti langkah sang anak yang mendorong kursi roda itu, melintasi sisi jalan menuju rumah mereka.

Berbalik arah, pengusaha tadi berjalan sangat perlahan menuju Jaguar miliknya. Ditelusurinya pintu Jaguar barunya yang telah tergores itu oleh lemparan batu tersebut, sambil merenungkan kejadian yang baru saja dilewatinya. Kerusakan yang dialaminya bisa jadi bukanlah hal sepele, tapi pengalaman tadi menghentakkan perasaannya. Akhirnya ia memilih untuk tak menghapus goresan itu. Ia memilih untuk membiarkan goresan itu, agar tetap mengingatkannya pada hikmah ini.

Ia menginginkan agar pesan itu tetap nyata terlihat: "Janganlah melaju dalam hidupmu terlalu cepat, karena, seseorang akan melemparkan batu untuk menarik perhatianmu."

Teman, sama halnya dengan kendaraan, hidup kita akan selalu berputar, dan dipacu untuk tetap berjalan. Di setiap sisinya, hidup itu juga akan melintasi berbagai macam hal dan kenyataan. Namun, adakah kita memacu hidup kita dengan cepat, sehingga tak pernah ada masa buat kita untuk menyelaraskannya untuk melihat sekitar?

Tuhan, akan selalu berbisik dalam jiwa, dan berkata lewat kalbu kita. Kadang, kita memang tak punya waktu untuk mendengar, menyimak, dan menyadari setiap ujaran-Nya. Kita kadang memang terlalu sibuk dengan bermacam urusan, memacu hidup dengan penuh nafsu, hingga terlupa pada banyak hal yang melintas.

Teman, kadang memang, ada yang akan "melemparkan batu" buat kita agar kita mau dan bisa berhenti sejenak. Semuanya terserah pada kita. Mendengar bisikan-bisikan dan kata-kata-Nya, atau menunggu ada yang melemparkan batu-batu itu buat kita.

Kedamaian Yang Sejati

Ada seorang raja yang akan memberikan hadiah pada seniman yang dapat membuat suatu lukisan terbaik tentang kedamaian. Banyak seniman yang mencoba. Raja melihat semua lukisan itu. Tetapi hanya ada dua yang ia suka, dan ia harus memilih salah satu di antaranya.

Salah satu lukisan menggambarkan danau yang tenang. Danau itu bagaikan cermin yang sempurna bagi gunung-gunung yang menjulang tinggi di sekelilingnya. Di atasnya langit biru dengan awan di sana-sini. Semua orang yang melihatnya akan berpendapat itulah lukisan yang sempurna tentang kedamaian. Lukisan yang satu lagi menggambarkan gunung-gunung juga, tetapi tampak tegak, angkuh dan kasar. Langit hitam berawan gelap, ada halilintar di situ. Di bawah ada air terjun yang airnya bergejolak. Tampak tak ada kedamaian sama sekali.

Tetapi raja melihat di belakang air terjun ada sarang burung. Di antara riak gejolak air, duduk seekor induk burung yang sedang memberi makan pada anaknya dengan penuh kedamaian. Lukisan yang mana yang Anda kira akan menang? Raja memilih lukisan yang kedua.

Karena, kata raja, damai bukan berarti tempat yang tidak ada kegaduhan, permasalahan dan kerja keras. Kedamaian berarti bila di tengah-tengah semuanya itu tetap ada ketenangan di hati Anda. Itulah makna sejati kedamaian.