tag:blogger.com,1999:blog-10686917552234235122024-03-08T15:59:17.450+07:00Renungan Harian, Cerita Iman dan Kisah Inspirasi KristenGereja Isa Almasih Jemaat Jemursari Surabaya (e-Mail : gia.jemursari.sby@gmail.com)Gereja Isa Almasih Jemaat Jemursarihttp://www.blogger.com/profile/05375091842282663619noreply@blogger.comBlogger345125tag:blogger.com,1999:blog-1068691755223423512.post-50321290440558540692013-04-09T12:02:00.003+07:002013-04-09T12:02:50.360+07:00Dua Serigala<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;">Ada dua ekor serigala di hutan belantara, serigala B menantang serigala A
untuk menangkap seekor kelinci yang sedang makan wortel, tidak jauh
dari tempat mereka berdiri,<br /><br />"Ayo Serigala A, kamu bisa ngga tangkap kelinci itu?" tanya serigala B.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><br />"Ah,
itu gampang, lihat saja nih!" <span style="color: #003399;"><span style="font-size: small;"><u>j</u></span></span>awab serigala A dan dengan sigap
serigala A itupun melompat ke arah kelinci tersebut dan berlari
mengejarnya.<br /><span id="fullpost"><br />Sedangkan kelinci yang melihat
serigala itu, langsung lari terbirit-birit ketakutan, tanpa pikir
panjang wortel yang masih dikunyahnya di lemparkan ke arah serigala
tersebut, "DUAAAKK!!" begitu suaranya.<br /><br />Karena serigala adalah
binatang yang kuat, maka wortel kecil yang mengenai kepalanya tidak
terasa sama sekali, serigala tersebut tetap mengejar kelinci itu, 1
menit.. 2 menit.. 3 menit... sampai 5 menit..<br /><br />Serigala itu belum
dapat menangkap kelinci itu, karena kelinci itu larinya lebih kencang. <span style="font-size: small;">S</span>erigala itupun kelelahan dan menghentikan pengejarannya.<br /><br />Dengan perasaan yang sangat malu, dia menunduk berjalan dan kembali ke temannya serigala B.<br /><br />Setelah
sampai di tempat serigala B, maka serigala B itupun bertanya,
"Bagaimana? Apakah kamu bisa menangkapnya ?" tanya serigala B, lalu
serigala A hanya menggeleng-gelengkan kepalanya yang masih tertunduk.<br /><br />Serigala
B lalu melanjutkan perkataanya<span style="font-size: small;">, </span>"Kamu tahu, kenapa kamu tidak bisa
menangkap kelinci itu? Kamu kalah, karena kamu tidak serius. Kamu
berlari mengejar kelinci hanya untuk pamer saja, sedangkan kelinci itu
berlari untuk nyawanya."<br /><br /><span style="color: blue;">Untuk orang yang sudah bekerja, mungkin
Anda merasa, Anda sangat lelah, Anda capai dengan pekerjaan, bosan,
tidak ada kemajuan sama sekali dalam pekerjaan Anda. Itu dikarenakan
karena Anda tidak serius dengan pekerjaan Anda.</span></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;"><span style="font-size: small;"><span id="fullpost"><br />Cobalah pikirkan kembali, apakah tujuan sebenarnya Anda bekerja?<br /> </span></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;"><span style="font-size: small;"><span id="fullpost">Sebab,
terkadang ada orang yang bekerja, karena tuntutan orang tua agar
mencari uang sendiri, atau kadang juga ada orang yang bekerja, karena
mereka merasa 'harus' bekerja untuk membantu orang tua mereka menghidupi
keluarganya, atau ada juga orang yang bekerja karena untuk dapat pamer
pada teman-temannya, pada sanak saudara, bahwa dia sudah bekerja.<br /><br />Jadi, apakah tujuan Anda bekerja? Demi rasa bangga pada serigala B.<br />Atau demi rasa lapar?</span></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span id="fullpost"><br /></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span id="fullpost"><span style="font-size: x-small;"><i>source: http://www.klinikrohani.com/2008/04/dua-serigala.html</i></span></span></span></div>
Gereja Isa Almasih Jemaat Jemursarihttp://www.blogger.com/profile/05375091842282663619noreply@blogger.com19tag:blogger.com,1999:blog-1068691755223423512.post-16689763665113264682013-04-09T11:25:00.006+07:002013-04-09T11:25:46.457+07:00Ibu Bermata Satu<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span>Ibuku hanya memiliki satu mata.</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span>Aku membencinya… dia sungguh membuatku menjadi sangat memalukan.</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span>Dia
bekerja memasak buat para murid dan guru di sekolah… untuk menopang
keluarga. Ini terjadi pada suatu ketika aku duduk di sekolah dasar dan
ibuku datang. Aku sungguh dipermalukan. Bagaimana bisa ia tega melakukan
ini padaku? Aku membuang muka dan berlari meninggalkannya saat bertemu
dengannya.</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span>Keesokan harinya di sekolah…</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span>"Ibumu bermata satu?!?!?…. eeeee ejek seorang teman. Akupun berharap ibuku segera lenyap dari muka bumi ini.</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span>Jadi
kemudian aku katakan pada ibuku, "Ma… kenapa engkau hanya memiliki satu
mata?! Kalau engkau hanya ingin aku menjadi bahan ejekan orang-orang,
kenapa engkau tidak segera mati saja ?!!!?</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span>Ibuku diam tak bereaksi.</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span>Aku
merasa tidak enak, namun di saat yang sama, aku rasa aku harus
mengatakan apa yang ingin aku katakan selama ini… Mungkin ini karena
ibuku tidak pernah menghukumku, akan tetapi aku tidak berfikir kalau aku
telah sangat melukai perasaannya.</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span>Malam itu…Aku terjaga dan
bangun menuju ke dapur untuk mengambil segelas air minum. Ibuku sedang
menangis di sana terisak-isak, mungkin karena khawatir akan
membangunkanku. Sesaat kutatap ia, dan kemudian pergi meninggalkannya.</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span>Setelah
aku mengatakan perasaanku sebelumnya padanya, aku merasa tidak enak dan
tertekan. Walau demikian, aku benci ibuku yang menangis dengan satu
mata. Jadi aku bertekad untuk menjadi dewasa dan menjadi orang sukses.</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span>Kemudian
aku tekun belajar. Aku tinggalkan ibuku dan melanjutkan studiku ke
Singapore. Kemudian aku menikah. Aku membeli rumahku dengan jerih
payahku. Kemudian, akupun mendapatkan anak-anak, juga. Sekarang aku
tinggal dengan bahagia sebagai seorang yang sukses. Aku menyukai tempat
tinggal ini karena tempat ini dapat membantuku melupakan ibuku.</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span>Kebahagiaan ini bertambah besar dan besar, ketika…</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span>Apa ?! Siapa ini?!</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span>Ini
adalah ibuku… Masih dengan mata satunya. Aku merasa seolah-olah langit
runtuh menimpaku. Bahkan anak-anakku lari ketakutan melihat ibuku yang
bermata satu.</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span>Aku bertanya padanya, "Siapa kamu?!. Aku tidak
mengenalmu!! !? <span style="font-size: small;">K</span>ukatakan seolah-olah itu benar. Aku memakinya, "Berani
sekali kamu datang ke rumahku dan menakut-nakuti anak-anakku! </span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span>KELUAR
DARI SINI!!</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span>SEKARANG JUGA!!!?.</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span>Ibuku hanya menjawab, "Oh, maafkan aku. Aku mungkin salah alamat<span style="font-size: small;"> </span>?" </span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span>Kemudian ia berlalu dan hilang dari pandanganku.</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span>Oh
syukurlah… Dia tidak mengenaliku. Aku agak lega. Kukatakan pada diriku
kalau aku tidak akan khawatir<span style="font-size: small;"> </span>atau akan memikirkannya lagi. Dan akupun
menjadi merasa lebih lega…</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span>Suatu hari, sebuah undangan menghadiri
reuni sekolah dikirim ke alamat rumahku di Singapore. Jadi, aku
berbohong pada istriku bahwa aku akan melakukan perjalanan dinas.
Setelah menghadiri reuni sekolah, aku mengunjungi sebuah gubuk tua, dulu
merupakan rumahku… Hanya sekedar ingin tahu saja.</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span>Di sana, aku
mendapati ibuku terjatuh di tanah yang dingin. Tapi aku tidak melihatnya mengeluarkan air mata. Ia memegang selembar surat ditangannya…
Sebuah surat untukku.</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span>"Anakku…</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span>Aku rasa hidupku cukup sudah kini…</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span>Dan… aku tidak akan pergi ke Singapore lagi…</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span>Tapi
apakah ini terlalu berlebihan bila aku mengharapkan engkau yang datang
mengunjungiku sekali-kali? Aku sungguh sangat merindukanmu…</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span>Dan
aku sangat gembira ketika kudengar bahwa engkau datang pada reuni
sekolah . Tapi aku memutuskan untuk tidak pergi ke sekolahan. Demi
engkau …</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span>Dan aku sangat menyesal karna aku hanya memiliki satu mata, dan aku telah sangat memalukan dirimu.</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span>Kau
tahu, ketika engkau masih kecil, engkau mengalami sebuah kecelakaan,
dan kehilangan salah satu matamu. Sebagai seorang ibu, aku tidak bisa
tinggal diam melihat engkau akan tumbuh besar dengan hanya memiliki satu
mata. Jadi kuberikan salah satu mataku untukmu…</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span>Aku sangat
bangga akan dirimu yang telah dapat melihat sebuah dunia yang baru
untukku, di tempatku, dengan mata tersebut. Aku tidak pernah merasa
marah dengan apa yang kau pernah kau lakukan… Beberapa kali engkau
memarahiku…</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span>Aku berkata pada diriku, 'Ini karena ia mencintaiku …'</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span><span style="font-size: small;">K</span>adang<span style="font-size: small;">-kadang</span> kita tidak mengerti seberapa besar pengorbanan ibu (ortu)
kita selama kita hidup. Karena itu hargai dan hormatilah ibu (ortu) kita
selama mereka masih hidup. Jangan sampai kita menyesal pada saat mereka
meninggal, kita belum semp<span style="font-size: small;">a</span>t membalas pengorbanan mereka. Dan selalu bawa
mereka di dalam doa<span style="font-size: small;">-doa</span> kita.</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span><span style="font-style: italic;"></span></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span><span style="font-style: italic;"></span></span></span></div>
<div style="background-color: white; border: medium none; color: black; overflow: hidden; text-align: justify; text-decoration: none;">
<span style="font-size: small;"><br /><i><span style="font-size: x-small;">source: http://www.klinikrohani.com/2008/01/ibu-bermata-satu-ibuku-hanya-memiliki.html</span></i><br /><a href="http://www.klinikrohani.com/2008/01/ibu-bermata-satu-ibuku-hanya-memiliki.html#ixzz2Pw7r4A69" style="color: #003399;"></a></span></div>
Gereja Isa Almasih Jemaat Jemursarihttp://www.blogger.com/profile/05375091842282663619noreply@blogger.com17tag:blogger.com,1999:blog-1068691755223423512.post-46626941844525008052013-04-09T11:13:00.000+07:002013-04-09T11:13:21.267+07:00Biarlah Tuhan Yang Mengemudikan Hidup Kita<div style="margin: 0cm 0cm 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;"><span>Kita
tidak pernah mempertanyakan ke mana s<span style="font-size: small;">o</span>pir bus kota yang kita
tumpangi akan membawa busnya. Tetapi kita sering mempertanyakan
Tuhan, kemana Dia akan membawa hidup kita ?<br /><br /> Seorang ayah
mengajak puterinya, Asa, 6 tahun, mengendarai mobil menuju ke sebuah
museum. Sudah lama Asa menginginkannya. Si Ayah kebetulan hari itu
mengambil cuti dan sengaja mengantar anaknya ke tempat yang sudah lama
diimpikan Asa itu tanpa didampingi Bunda.<br /><br /> Di perjalanan, tak
hentinya Asa bertanya kepada si Ayah<span style="font-size: small;">,</span> "Ayah tahu tempatnya?", tanya
Asa yang duduk di samping kemudi Ayah.</span></span></span></div>
<div style="margin: 0cm 0cm 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;"><span><br /></span></span></span></div>
<div style="margin: 0cm 0cm 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;"><span> "Tahu, jangan kuatir ..., " jawab Ayah sembari tersenyum.</span></span></span></div>
<div style="margin: 0cm 0cm 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;"><span><br /></span></span></span></div>
<div style="margin: 0cm 0cm 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;"><span> "Emang Ayah tahu jalan-jalannya ?"</span></span></span></div>
<div style="margin: 0cm 0cm 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;"><span><br /></span></span></span></div>
<div style="margin: 0cm 0cm 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;"><span> "Tahu, jangan kuatir ..."</span></span></span></div>
<div style="margin: 0cm 0cm 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;"><span><br /></span></span></span></div>
<div style="margin: 0cm 0cm 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;"><span> "Benar, tidak kesasar Ayah ?"</span></span></span></div>
<div style="margin: 0cm 0cm 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;"><span><br /></span></span></span></div>
<div style="margin: 0cm 0cm 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;"><span> "Benar, jangan kuatir ...," jawab Ayah tetap dengan sabar.</span></span></span></div>
<div style="margin: 0cm 0cm 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;"><span><br /></span></span></span></div>
<div style="margin: 0cm 0cm 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;"><span> "Nanti kalau Asa haus, bagaimana ?"<br /> </span></span></span></div>
<div style="margin: 0cm 0cm 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;"><span><br /></span></span></span></div>
<div style="margin: 0cm 0cm 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;"><span>"Tenang, nanti Ayah beli air mineral ..."<br /> </span></span></span></div>
<div style="margin: 0cm 0cm 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;"><span><br /></span></span></span></div>
<div style="margin: 0cm 0cm 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;"><span>"Terus kalau lapar?"<br /> </span></span></span></div>
<div style="margin: 0cm 0cm 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;"><span><br /></span></span></span></div>
<div style="margin: 0cm 0cm 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;"><span>"Tenang, Ayah ajak mampir Asa ke restoran ..."<br /> </span></span></span></div>
<div style="margin: 0cm 0cm 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;"><span><br /></span></span></span></div>
<div style="margin: 0cm 0cm 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;"><span>"Emang ayah tahu tempat restorannya ?"<br /><br /> "Tahu, sayang ..."<br /><br /> "Emang ayah bawa cukup uang ?"<br /><br /> "Cukup, sayang ..."<br /><br /> "Kalau Asa pengin ke kamar kecil ?"<br /><br /> "Ayah antar sampai depan pintu toilet wanita ..."<br /><br /> "Emang di musium ada toiletnya ?"<br /><br /> " Ada , jangan kuatir ..."<br /><br /> "Ayah bawa tissue juga ?"<br /><br /> "Bawa, jangan kuatir ...," kata ayah sembari membelokkan mobilnya masuk jalan tikus, karena macet.<br /><br /> "Kok Ayah belok ke jalan jelek dan sempit begini ?"<br /><br /> "Ayah cari jalan yang lebih cepat ... supaya Asa bisa menikmati museum lebih lama nanti ..."<br /><br /> Tidak berapa lama, Asa kemudian tidak bertanya-tanya lagi. Giliran sang Ayah yang bingung,<br /> "Kenapa Asa diam, sayang?"<br /><br /> "Ya, Asa percaya Ayah deh! Ayah pasti tahu, akan antar dan bantu Asa nanti!"<br /><br />
<span style="color: #073763;">Kita ini seperti Asa si anak kecil ini. Kita bertanya banyak hal
mengenai apa yang kita hadapi dan terjadi dalam hidup kita. Terlalu
banyak khawatir apa yang akan kita hadapi. Padahal sesungguhnya Tuhan
"sedang mengemudi" buat kita semua.<br /><br />Kadang Ia membawa ke
"gang sempit" yang barangkali tidak enak, tetapi itu semua untuk
menghindari "kemacetan" di jalan yang lain. Kadang Ia memperlambat
"kendaraan-Nya", kadang mempercepat. Semuanya ada maksudnya.<br /><br />Ada
baiknya kalau kita menyerahkan hal-hal yang di luar jangkauan kita
kepada-Nya. Biarkan Dia berkarya atas hidup Anda, biarkan Dia
mengemudikan hidup Anda, sebaliknya fokuskan hidup Anda kepada
hal-hal yang Anda bisa kerjakan di depan mata, dengan berkat kemampuan
yang Anda sudah miliki.</span></span></span></span></div>
<div style="background-color: white; border: medium none; color: black; overflow: hidden; text-align: justify; text-decoration: none;">
<span style="font-size: small;"><br /></span>
<span style="font-size: small;"><i><span style="font-size: x-small;">source: http://www.klinikrohani.com/2008/01/biarlah-tuhan-yang-mengemudikan-hidup.html</span></i></span></div>
Gereja Isa Almasih Jemaat Jemursarihttp://www.blogger.com/profile/05375091842282663619noreply@blogger.com23tag:blogger.com,1999:blog-1068691755223423512.post-20221985867780899732013-04-09T11:02:00.000+07:002013-04-09T11:02:17.043+07:00Mendengar SuaraNya<div style="text-align: justify;">
Seorang pemuda yang baru saja kehilangan pekerjaan datang ke rumah seorang pendeta tua. Sang
pemuda bersahabat baik dengan pendeta tua tersebut. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Pemuda itu
berteriak-teriak memanggil pendeta sambil mengeluh mengenai masalah yang
menimpanya,"<i>Pendeta...Pendeta aku banyak mengalami masalah dalam hiduhku</i> <i>dan sekarang aku hehilangan pekerjaan. Mengapa bisa begini</i>?"</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Karna
pendeta yang sedang belajar di dalam ruangan tidak mendengar
suaranya, maka si pemuda menjadi kalap. Ia mengepalkan tinjunya sambil
berteriak, "<i>Pendeta bilang Tuhan akan selalu menolong, tetapi mengapa aku seperti ini</i> ?"</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Mendengar ada suara ribut-ribut di luar, pendeta tua pun berjalan
keluar. Ia mengucapkan sesuatu dan menanti tanggapan si pemuda. Tetapi
si pemuda itu tidak mendengar apa yang dikatakan oleh pendeta tua. </div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
Masih
diam di tempatnya, si pemuda bertanya, "<i>Pendeta bilang apa</i>?" </div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
Sambil duduk di sebuah bangku kayu, pendeta itu mengucapkan sesuatu,
tetapi si pemuda masih belum bisa mendengar apa yang
dikatakannya. Akhirnya ia pun mendekati pendeta dan duduk di sampingnya. </div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
Pendeta menepuk pundaknya dengan lembut sembari berkata, "<i>Anakku,
di dalam kekalapan karena masalah hidup, terkadang kita tidak bisa
mendengar suara Tuhan, seolah-olah Dia tidak peduli terhadap kita, tetapi sebenarnya tidaklah demikian. Tuhan kadang berbisik, sehingga kita
perlu mendekat kepadaNya untuk bisa mendengarkan suaraNya</i>." </div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
Pemuda itu tertegun mendengar kata-kata pendeta dan akhirnya ia pun mengerti.</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: orange;">Seperti pemuda di atas, kita pun seringkali kalap dengan banyaknya kesulitan hidup. </span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: orange;">Kita berteriak dan protes kepada Tuhan mengapa Ia
membiarkan kita. </span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: orange;">Kita menginginkan jawaban berupa jalan keluar secepat
mungkin. </span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: orange;"> </span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: orange;">Tetapi ketika kita tidak mendapatkan jawaban itu, kita berpikir
bahwa Tuhan tidak mendengar atau Ia sedang menghukum kita. Tahukah kita
bahwa seringkali Tuhan diam atau kadang berbicara dengan suara yang
sangat lembut bahkan berbisik. TujuanNya melakukan itu supaya kita dapat
mengambil waktu untuk datang dan mendekat kepadaNya, berdiam di dalam
hadiratNya. Di saat seperti itulah kita menderarkan suaraNya dengan
jelas.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: orange;"> </span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: orange;">Apakah saat ini Anda
sedang berteriak-teriak kepada Tuhan atau bahkan marah karena
seolah-olah Tuhan tidak mendengarkan seruanmu? Sungut-sungut dan kekalutan
tidak akan mendatangkan jalan penyelesaian. Hanya satu yang perlu Anda
lakukan, hampirilah Tuhan, duduk diam dalam hadiratNya sebagaimana Maria
duduk di dekat kaki Yesus untuk mendengarkan Dia. Tinggalkan sejenak
kesibukan dan masalah-masalah yang membuat Anda merasa lelah, karena
Tuhan rindu untuk berbicara kepada Anda. Di dalam hadiratNya Anda akan
mendapatkan jawaban serta damai sejahtera yang melimpah</span></div>
<br />
<br />
<i><span style="font-size: x-small;">source: http://16-novemver.blogspot.com</span></i>Gereja Isa Almasih Jemaat Jemursarihttp://www.blogger.com/profile/05375091842282663619noreply@blogger.com21tag:blogger.com,1999:blog-1068691755223423512.post-46316965232482320512013-01-16T16:00:00.003+07:002013-01-16T16:00:35.976+07:00Datanglah Sebagaimana Adanya<div style="text-align: justify;">
Aku menggeleng-gelengkan kepalaku dalam ketidakpercayaan. Tidak mungkin
ini tempatnya. Sebenarnya, tidak mungkin aku diterima di sini. Aku
sudah diberi undangan beberapa kali, oleh beberapa orang yang berbeda,
dan baru akhirnya memutuskan untuk melihat tempatnya seperti apa sih.
Tapi, tidak mungkin ini tempatnya. Dengan cepat, aku melihat pada
undangan yang ada di genggamanku. Aku memeriksa dengan teliti
kata-katanya, <span style="font-style: italic;">"Datanglah sebagaimana adanya kamu. Tidak perlu ditutup-tutupi,"</span> dan menemukan lokasinya.<br /><br />Ya..
aku berada di tempat yang benar. Aku mengintip lewat jendelanya sekali
lagi dan melihat sebuah ruangan yang penuh dengan orang-orang yang dari
wajahnya terpancar sukacita. Semuanya berpakaian rapi, diperindah dengan
pakaian yang bagus dan terlihat bersih seperti kalau mereka makan di
restoran yang bagus. Dengan perasaan malu, aku memandang pada pakaianku
yang buruk dan compang camping, penuh dengan noda. Aku kotor, bahkan
menjijikan.<br /><br />Bau yang busuk ada padaku dan aku tidak dapat
membuang kotoran yang melekat pada tubuhku. Ketika aku akan berputar
untuk meninggalkan tempat itu, kata-kata dari undangan tersebut
seakan-akan meloncat keluar, "Datanglah sebagaimana kamu adanya. Tidak
perlu ditutup-tutupi."<br /><br />Aku memutuskan untuk mencobanya. Dengan
mengerahkan semua keberanianku, aku membuka pintu restoran dan berjalan
ke arah laki-laki yang berdiri di belakang panggung.<br /><br />"Nama Anda, Tuan ?" ia bertanya kepadaku dengan senyuman.<br /><br />"Daniel
F. Renken," kataku bergumam tanpa berani melihat ke atas. Aku
memasukkan tanganku ke kantongku dalam-dalam, berharap untuk dapat
menyembunyikan noda-nodanya.<br /><br />Ia sepertinya tidak menyadari
kotoran yang berusaha aku sembunyikan dan ia melanjutkan, "Baik, Tuan.
Sebuah meja sudah dipesan atas nama Anda. Anda mau duduk ?"<br /><br />Aku tidak percaya atas apa yang aku dengar! Aku tersenyum dan berkata,"Ya, tentu saja!"<br /><br />Ia mengantarkanku ke sebuah meja dan, cukup yakin, ada plakat dengan namaku tertera dengan tulisan tebal merah tua.<br /><br />Ketika
aku membaca-baca menunya, aku melihat berbagai macam hal-hal yang
menyenangkan tertera di sana. Hal-hal tersebut seperti "damai",
"sukacita","berkat", "kepercayaan diri","keyakinan", "pengharapan",
"cinta kasih", "kesetiaan", dan "pengampunan".<br /><br />Aku sadar bahwa
ini bukan restoran biasa! Aku mengembalikan menunya ke depan untuk
melihat tempat di mana aku berada. "Kemurahan Tuhan," adalah nama dari
tempat ini!<br /><br />Laki-laki tadi kembali dan berkata, "Aku
merekomendasikan sajian spesial hari ini. Dengan memilih spesial menu
hari ini, Anda berhak untuk mendapatkan semua yang ada di menu ini."<br /><br />Kamu pasti bercanda! pikirku dalam hati. Maksudmu, aku bisa mendapat SEMUA yang ada dalam menu ini?<br /><br />"Apa menu spesial hari ini?" aku bertanya dengan penuh kegembiraan.<br /><br />"Keselamatan," jawabnya.<br /><br />"Aku ambil," jawabku spontan.<br /><br />Kemudian,
secepat aku membuat keputusan itu, kegembiraan meninggalkan tubuhku.
Sakit dan penderitaan merenggut lewat perutku dan air mata memenuhi
mataku.<br /><br />Dengan menangis tersedu sedan, aku berkata, "Tuan,
lihatlah diriku. Aku ini kotor dan hina. Aku tidak bersih dan tidak
berharga. Aku ingin mendapat semuanya ini, tapi aku tidak dapat
membelinya."<br /><br />Dengan berani, laki-laki itu tersenyum lagi.<br /><br />"Tuan, Anda sudah dibayar oleh laki-laki di sebelah sana," katanya sambil menunjuk pintu masuk ruangan. "Namanya Yesus."<br /><br />Aku berbalik, aku melihat seorang laki-laki yang kehadirannya membuat terang seluruh ruangan itu.<br /><br />Aku
melangkah maju ke arah laki-laki itu, dan dengan suara gemetar aku
berbisik, "Tuan, aku akan mencuci piring-piring atau membersihkan lantai
atau mengeluarkan sampah. Aku akan melakukan apa pun yang bisa aku
lakukan untuk membayar-Mu kembali atas semuanya ini."<br /><br />Ia membuka
tangannya dan berkata dengan senyuman, "Anakku, semuanya ini akan
menjadi milikmu, cukup hanya bila kamu datang kepadaKu. Mintalah pada-Ku
untuk membersihkanmu dan Aku akan melakukannya. Mintalah pada-Ku untuk
membuang noda-noda itu dan itu terlaksana. Mintalah padaKu untuk
mengijinkanmu makan di meja-Ku dan kamu akan makan. Ingat, meja ini
dipesan atas namamu. Yang bisa kamu lakukan hanyalah MENERIMA pemberian
yang sudah Aku tawarkan kepadamu."<br /><br />Dengan kagum dan takjub, aku
terjatuh di kakiNya dan berkata, "Tolong, Yesus. Tolong bersihkan
hidupku. Tolong ubahkan aku, ijinkan aku duduk di meja-Mu dan berikan
padaku sebuah hidup yang baru."<br /><br />Dengan segera aku mendengar, "Sudah terlaksana."<br /><br />Aku
melihat pakaian putih menghiasi tubuhku yang sudah bersih. Sesuatu yang
aneh dan indah terjadi. Aku merasa seperti baru, seperti sebuah beban
sudah terangkat dan aku mendapatkan diriku duduk di mejaNya.<br /><br />"Menu spesial hari ini sudah dipesan," kata Tuhan kepadaku. "Keselamatan menjadi milikmu."<br /><br />Kami
duduk dan bercakap-cakap untuk beberapa waktu lamanya dan aku sangat
menikmati waktu yang kuluangkan denganNya. Ia berkata kepadaku, kepadaku
dan kepada semua orang, bahwa Ia ingin aku kembali sesering aku ingin
bantuan lain dari kemurahan Tuhan. Dengan jelas Ia ingin aku meluangkan
waktuku sebanyak mungkin denganNya.<br /><br />Ketika waktu sudah dekat
bagiku untuk kembali ke 'dunia nyata', Ia berbisik padaku dengan lembut,
"Dan Daniel, AKU MENYERTAI KAMU SELALU."<br /><br />Dan kemudian, Ia berkata sesuatu yang tidak akan pernah aku lupakan.<br /><br />Ia berkata, "Anakku, lihatkah kamu beberapa meja yang kosong di seluruh ruangan ini?"<br /><br />"Ya, Tuhan. Aku melihatnya. Apa artinya?" jawabku.<br /><br />"Ini
adalah meja-meja yang dipesan, tapi tiap-tiap individu yang namanya
tertera di tiap plakat ini belum menerima undangan untuk makan. Maukah
kamu membagikan undangan-undangan ini untuk mereka yang belum bergabung
dengan kita?" Yesus bertanya.<br /><br />"Tentu saja," kataku dengan kegembiraan dan memungut undangan tersebut.<br /><br />"Pergilah ke seluruh bangsa," Ia berkata ketika aku pergi meninggalkan restoran tersebut.<br /><br />Aku
berjalan masuk ke "Kemurahan Tuhan" dalam keadaan kotor dan lapar.
Ternoda oleh dosa. Asalku bagai kain tua yang kotor. Dan Yesus
membersihkanku. Aku berjalan keluar seperti orang yang baru.. berbaju
putih, seperti Dia. Dan, aku menepati janjiku pada Tuhanku.<br /><br />Aku akan pergi.<br /><br />Aku akan menyebarkan luaskan perkataanNya.<br /><br />Aku akan memberitakan Injil ...<br /><br />Aku akan membagikan undangan-undangannya.<br /><br />Dan aku akan memulainya dengan kamu.<br /><br />Pernahkah
kamu pergi ke restoran "Kemurahan Tuhan?" Ada sebuah meja yang dipesan
atas namamu, dan inilah undangan untukmu... "DATANGLAH SEBAGAIMANA KAMU
ADANYA. TIDAK PERLU DITUTUP-TUTUPI."</div>
<div style="background-color: white; border: medium none; color: black; overflow: hidden; text-align: justify; text-decoration: none;">
<br /></div>
<div style="background-color: white; border: medium none; color: black; overflow: hidden; text-align: justify; text-decoration: none;">
<span style="font-size: x-small;"><i>source: http://www.klinikrohani.com/2009/07/datanglah-sebagaimana-adanya.html</i></span></div>
Gereja Isa Almasih Jemaat Jemursarihttp://www.blogger.com/profile/05375091842282663619noreply@blogger.com17tag:blogger.com,1999:blog-1068691755223423512.post-73631316900855612282013-01-16T15:47:00.000+07:002013-01-16T15:47:04.116+07:00Kotak Hitam & Kotak Emas<div style="text-align: justify;">
Ada di tanganku dua buah kotak yang telah TUHAN berikan padaku
untuk dijaga .
</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Tuhan berkata, “Masukkan semua penderitaanmu ke dalam kotak yang berwarna hitam dan masukkan semua kebahagiaanmu kedalam kotak yang berwarna emas.”</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
Aku hanya melakukan apa yang TUHAN katakan.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Setiap kali mengalami kesedihan maka aku letakkan ia ke dalam kotak hitam, sebaliknya ketika bergembira maka aku meletakkan kegembiraanku dalam kotak bewarna emas. </div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
<span id="more-832"></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Tapi anehnya, semakin hari kotak berwarna emas semakin bertambah berat sedangkan kotak berwarna hitam tetap saja ringan seperti semula.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dengan penuh rasa penasaran, aku membuka kotak berwarna hitam.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Kini aku tahu jawabannya. Aku melihat ada lubang besar di dasar kotak berwarna hitam itu, sehingga semua penderitaan yang aku masukkan ke sana selalu jatuh keluar.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Aku tunjukkan lubang itu pada TUHAN dan bertanya, “Kemanakah perginya semua penderitaanku?”</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Tuhan tersenyum hangat padaku dan menjawab, “Hamba-Ku, semua penderitaanmu berada pada-Ku.”</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Aku bertanya kembali, “TUHAN, mengapa ENGKAU memberikan dua buah kotak, kotak emas dan kotak hitam yang berlubang?”</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Hamba-Ku, kotak emas Ku-berikan agar kau senantiasa menghitung rahmat yang AKU berikan kepadamu, sedangkan kotak hitam Ku-berikan agar kau melupakan penderitaanmu.”</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Ingat-ingatlah semua kebahagiaanmu agar kau senantiasa merasakan kebahagiaan.<br />
Campakkanlah penderitaanmu agar kau melupakannya.</div>
<div style="text-align: justify;">
Saat TUHAN belum menjawab doamu, IA menambah kesabaranmu…<br />
Saat TUHAN menjawab doamu, IA menambah imanmu…<br />
Saat TUHAN menjawab yang bukan doa-doamu, IA memilih yang terbaik untukmu..</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Di dunia ini tidak ada yang namanya “kebetulan” semua sudah direncanakan…<br />
Tuhan selalu menyediakan yang terbaik tergantung dari pilihan pilihan yang kita ambil…</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: x-small;"><i>source: http://www.inrimartha.com/kotak-hitam-kotak-emas</i></span></div>
Gereja Isa Almasih Jemaat Jemursarihttp://www.blogger.com/profile/05375091842282663619noreply@blogger.com9tag:blogger.com,1999:blog-1068691755223423512.post-65581386340657689072012-11-30T13:41:00.000+07:002013-04-09T11:13:37.299+07:00Berserah bukan Menyerah<div style="text-align: justify;">
Segala sesuatu Tuhan yang punya dan
segala sesuatu terjadi hanya dengan seijinNya. Percayakah anda akan hal
ini? Banyak orang percaya tetapi mereka tidak atau belum bisa
berserserah kepada Tuhan. Berserah bukanlah Menyerah. Yang Tuhan
kehendaki adalah Berserah, bukan Menyerah. Kalau anda berserah Tuhan
berkarya dan anda akan lihat sesuatu yang besar sedang terjadi karena
Turut Campur Tangan Tuhan</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Saya mengenal seorang wanita yang berdoa dan percaya untuk suaminya
bisa datang ke gereja bersamanya. Hal ini berlangsung dari tahun ke
tahun, dia sangat bertekad dan bersemangat. Dia melakukan segalanya yang
dia bisa. Dia meletakkan ayat firman Tuhan di seluruh rumahnya. Dia
akan meninggalkan Alkitabnya terbuka berharap suaminya bisa tertarik
untuk membacanya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dia selalu mendorong suaminya untuk datang. Terlepas dari semua yang sudah dilakukan wanita ini, suaminya tetap tidak bergeming.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Setelah satu tahun atau lebih, hal ini mulai membuat wanita ini frustasi. Hal ini mulai membuat dia putus asa. Dia kehilangan sukacitanya. Dia tidak memiliki antusiasme seperti dulu.
Dia berdoa bulan demi bulan dengan penuh putus asa dan kecewa
mengatakan, “Joel, saya tidak tahu apa lagi yang bisa saya lakukan.”</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Suatu hari saya mengatakan padanya bahwa hal terbaik yang bisa dia
lakukan adalah melepaskan seluruh masalahnya, dan menyerahkannya kepada
Tuhan. Saya berkata, “Anda sudah melakukan semua yang dapat Anda
lakukan, Anda telah berdoa… Anda sudah percaya. Sekarang letakkan semua
di atas mezbah. Ambil sikap ini, Jika dia tidak pernah akan datang ke
gereja pun, Tuhan, saya masih akan bahagia. Jika dia tidak pernah
berubah, Tuhan, saya masih akan mempercayai Engkau sepenuhnya.."</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">Mungkin saat ini Anda memiliki beberapa hal yang perlu Anda serahkan
kepada Tuhan. Apakah ada orang-orang yang membuat Anda frustasi karena
mereka tidak berubah? Cukup berkata, “Tuhan, saya sudah melakukan semua
yang bisa saya lakukan. Saya tidak akan menjalani hidup saya dengan
marah lagi, saya tahu hanya Tuhan yang dapat mengubah orang, jadi saya
akan kembali ke tempat perdamaian. Dan Tuhan, jika ini tidak pernah
berhasil, saya meletakkannya di atas mezbah. Saya serahkan kepada-Mu.”</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">Ada kebebasan ketika Anda menyerahkannya. Saya tidak mengatakan untuk melepaskan impian Anda dan menyerah pada janji-janji Anda. Tidak, lepaskan frustrasi. Lepaskan kekhawatiran dan kembali ke
tempat perdamaian mengetahui bahwa Tuhan memegang kendali penuh. Itulah yang wanita ini lakukan.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br />
Dia menyerahkannya pada Tuhan, dan dia menjadi orang yang berbeda. Saya
melihat dia minggu demi minggu dengan senyum lebar di wajahnya. Dia
tidak marah atau frustasi lagi. Dia menikmati hidupnya dan mempercayai
Allah. Lalu sekitar dua tahun kemudian pada pagi hari Minggu itu,
tiba-tiba, suaminya berkata, “Aku ingin pergi ke gereja dengan kamu hari
ini.”</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Wanita ini hampir pingsan! Ini benar-benar gagasan dari suaminya sendiri.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br />
Dia datang pada hari Minggu itu, dan mereka telah datang bersama-sama
sejak saat itu. Itu sudah lebih dari empat tahun yang lalu, dan sekarang
mereka berdua hampir tidak pernah melewatkan setiap ibadah gereja.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">Teman, ketika Anda melepaskan, hal itu memungkinkan Tuhan untuk bekerja dengan cara yang ajaib dan menakjubkan.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">Saya suka apa yang Daud katakan dalam <b>Mazmur 31</b>, “<i>Ke dalam tangan-Mu kuserahkan diriku..</i>” (BIS)</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">Ini memberitahu bahwa kita tidak harus frustasi untuk membuat sesuatu
terjadi. Kita tidak perlu khawatir bahwa mimpi yang Tuhan berikan tidak
akan bisa terjadi. Kita dapat tinggal dalam damai mengetahui bahwa masa
depan kita berada di dalam genggaman tangan kasihNya.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: x-small;"><i>source: http://www.ceritakristen.org/berserah-bukan-meyerah</i></span> </div>
Gereja Isa Almasih Jemaat Jemursarihttp://www.blogger.com/profile/05375091842282663619noreply@blogger.com12tag:blogger.com,1999:blog-1068691755223423512.post-79242212155427741782012-11-30T13:35:00.006+07:002012-11-30T13:35:39.803+07:00Kisah Segelas Susu<div style="text-align: justify;">
Adalah anak lelaki miskin yang kelaparan dan tak punya uang. Dia
nekad mengetuk pintu sebuah rumah untuk minta makanan. Namun
keberaniannya lenyap saat pintu dibuka oleh seorang gadis muda. Dia urung
minta makanan, dan hanya minta segelas air.</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
Tapi sang gadis tahu, anak ini pasti lapar. Maka, ia membawakan
segelas besar susu. “Berapa harga segelas susu ini?” tanya anak lelaki
itu.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Ibu mengajarkan kepada saya, jangan minta bayaran atas perbuatan baik kami,” jawab si gadis.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Aku berterima kasih dari hati yang paling dalam… ” balas anak lelaki setelah menenggak habis susu tersebut.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<i>Belasan tahun berlalu…</i></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Gadis itu tumbuh menjadi wanita dewasa, tapi didiagnosa punya sakit
kronis. Dokter di kota kecilnya angkat tangan. Gadis malang itu pun
dibawa ke kota besar, di mana terdapat dokter spesialis.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dokter Howard Kelly dipanggil untuk memeriksa. Saat mendengar nama
kota asal wanita itu, terbersit pancaran aneh di mata sang dokter.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Bergegas ia turun dari kantornya menuju kamar wanita tersebut. Dia langsung mengenali wanita itu. Setelah melalui perjuangan panjang, akhirnya wanita itu berhasil
disembuhkan. Wanita itu pun menerima amplop tagihan Rumah Sakit.
Wajahnya pucat ketakutan, karena dia tak akan mampu bayar, meski dicicil
seumur hidup sekalipun. Dengan tangan gemetar, ia membuka amplop itu,
dan menemukan catatan di pojok atas tagihan…</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Telah dibayar lunas dengan segelas susu …” Tertanda, dr. Howard Kelly.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
(dr. Howard Kelly adalah anak kelaparan yang pernah ditolong wanita
tersebut. Cerita disadur dr buku pengalaman dr. Howard dalam
perjalanannya melalui Northern Pennsylvania, AS)</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<i>Begitulah …</i></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: red;">Jangan ragu berbuat baik dan jangan mengharap balasan. Pada akhirnya,
buah perbuatan akan selalu mengikuti kita. <i>We will harvest what we
plant..</i></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
<i><span style="font-size: x-small;">source: http://www.ceritakristen.org/menuai-apa-yang-ditabur</span></i></div>
Gereja Isa Almasih Jemaat Jemursarihttp://www.blogger.com/profile/05375091842282663619noreply@blogger.com4tag:blogger.com,1999:blog-1068691755223423512.post-25670787603981244762012-11-30T13:30:00.005+07:002012-11-30T13:30:37.683+07:00Kasih Iman Kebijaksanaan<div style="text-align: justify;">
Aku dan Tuhan berdiri mengamati pertandingan baseball. Tim Tuhan
melawan tim iblis. <i>Score </i>sangat ketat 0-0 dan ini adalah putaran
terakhir. Kami memperhatikan seorang pemukul bernama Kasih masuk ke
lapangan. Kasih mulai memukul dan berhasil mencetak <i>score single</i> karena
Kasih tak pernah gagal.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Pemukul selanjutnya bernama Iman, yang juga berhasil mencetak <i>score </i>karena Iman selalu bersama-sama dengan Kasih.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Lalu masuk seorang pemukul bernama Bijak. Iblis melakukan lemparan
pertama dan Bijak hanya membiarkannya. Tiga kali lemparan dan Bijak
hanya melangkah pergi karena Bijak tidak pernah mengambil apapun yang
Iblis lemparkan.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Lalu Tuhan melihat ke arahku dan berkata bahwa Ia akan mengeluarkan
pemain andalanNya. Lalu datanglah Karunia. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Aku berkata: sepertinya ia
tidak terlalu hebat…</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Tim Iblis sangat santai begitu mereka melihat Karunia. Berpikir bahwa
mereka hampir memenangkan pertandingan, Iblis pun melempar bola dgn
sekuat tenaga.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dan sangat mengejutkan semua orang, Karunia memukul bola kencang sekali melebihi pemain-pemain sebelumnya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Tapi Iblis tidak khawatir..pemain tengah mereka jarang gagal
menangkap bola. Iblis berlari mengejar bola, tapi bola malah lepas dari
tangan, menghantam kepalanya dan iblis pun jatuh tersungkur ke tanah.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Karunia bersama Kasih, Iman dan Bijak terus berlari sampai home run. Tim Tuhan menang!!</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Lalu Tuhan bertanya kepadaku mengapa Kasih, Iman dan Bijak tidak bisa home run tanpa Karunia? </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Aku menjawab tidak tahu.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">Tuhan menjelaskan: “Kalau kasihmu, imanmu dan kebijaksanaanmu yang
memenangkan pertandingan, engkau akan berpikir bahwa engkaulah yang
melakukan semuanya. Kasih, Iman dan Kebijaksanaan akan mengantarmu
mencapai semua hal-hal yang baik, tapi hanyalah Karunia-Ku sajalah yg akan
membawamu ke dalam kemenangan, sampai di rumah Bapa dengan selamat. KaruniaKu adalah satu-satunya yang tidak dapat dicuri Iblis."</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<i><span style="font-size: x-small;">source: http://www.ceritakristen.org/menang-pertandingan </span></i></div>
Gereja Isa Almasih Jemaat Jemursarihttp://www.blogger.com/profile/05375091842282663619noreply@blogger.com15tag:blogger.com,1999:blog-1068691755223423512.post-26633637724809284122012-11-30T13:25:00.003+07:002012-11-30T13:25:54.226+07:00Memberi Tidak Membuat Berkekurangan<div style="text-align: justify;">
Ada seorang kaya yang mempunyai 19 ekor kerbau, dan 3 orang anak.
Mendekati ajalnya, dia membagikan warisan kepada ke tiga anaknya dengan
pesan 1/2 untuk anak pertama, 1/4 untuk anak kedua dan 1/5 untuk anak
ketiga.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Setelah sang bapak meninggal, ketiga anaknya membagikan kerbau sesuai
pesan ayah mereka. Tapi mereka menemukan keganjilan, bahwa masing-masing
mereka akan mendapatkan bagian kerbau yang tidak utuh. Masing-masing
tidak mau mengalah dan berusaha mendapatkan bagian utuh.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Terdengarlah kabar pertengkaran mereka oleh seorang bapak yang miskin
yang punya 1 ekor kerbau. Akhirnya, bapak tersebut menemui mereka, dan
bersedia dengan ikhlas memberikan kerbaunya supaya masing-masing
mendapat bagian yang utuh.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Anak-anak itu setuju, dan mereka mulai membagi. Anak pertama mendapat
1/2 dari 20 yaitu 10 ekor, anak kedua mendapat 1/4 dari 20 yaitu 5
ekor, anak ketiga 1/5 darr 20 yaitu 4 ekor. Demikianlah masing-masing
mendapatkan bagian yang utuh. Dan totalnya adalah 10+5+4=19 sisa 1 ekor,
dikembalikan pada bapak tadi.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Ternyata dengan memberi, kita tidak akan kehilangan apa yang menjadi milik kita.. Amazing….</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<i><span style="font-size: x-small;">source: http://www.ceritakristen.org/memberi </span></i></div>
Gereja Isa Almasih Jemaat Jemursarihttp://www.blogger.com/profile/05375091842282663619noreply@blogger.com8tag:blogger.com,1999:blog-1068691755223423512.post-45906455178933842222012-10-22T15:24:00.003+07:002013-04-09T11:13:55.948+07:00Kisah Bunga Putih<div style="text-align: justify;">
Ini adalah kisah sebuah bunga putih… Ia tidak pernah menyadari bahwa sesungguhnya ia
adalah bunga yang terindah yang pernah tumbuh di antara tanah yang penuh
dengan semak duri.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Ia tumbuh dengan indah di tengah semak<a href="http://renungan-harian.com/" title="-">-</a>semak yang keheranan
akan bentuk sang bunga putih yang berbeda dengan yang lainnya. Para
semak duri lalu memandangnya dengan sinis dan tidak pernah memandang
sang bunga putih dengan bersahabat, sehingga si bunga putih pun merasa
bahwa ialah yang paling buruk karena ia memiliki bentuk yang paling
berbeda di antara semak-semak duri tersebut.</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
Waktu pun berlalu,
sang bunga putih tak pernah merasa bahagia.. bahkan ia sering bertanya
kepada kupu-kupu yang senang bermain dengannya: "Mengapa aku harus tumbuh berbeda
dengan yang lainnya? Mengapa aku terlihat begitu buruk dibandingkan yang
lain ?"</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
Kupu-kupu menjawab: ”Kau tidak buruk,
bunga putih. Hal yang membuatmu merasa buruk adalah karena dirimu
terlihat berbeda dengan yang lainnya. Justru kau adalah bunga yang
terindah yang pernah kutemui, bunga putih.”</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
Bunga putih pun terkejut :”Apa
maksudmu, kupu-kupu ?”</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
Kupu-kupu lalu menjawab: "Tahukah dirimu, bunga
putih.. bunga sepertimu adalah bunga yang cantik dan terindah, karena di
tengah-tengah tanah yang penuh dengan semak duri kau tumbuh dengan
anggunnya.. dan bahkan, bagiku kau adalah penolongku, karena ketika aku
lapar, di tengah-tengah tempat yang sepertinya tidak ada harapan untuk mencari madu dari bunga, kau ada untuk menyediakan madu sehingga aku tidak
kelaparan.. Bunga putih, bunga sepertimu yang tumbuh diantara semak duri
sesungguhnya adalah bunga yang cantik dan terindah, karena kau
menunjukkan bahwa masih ada harapan di tengah tanah yang penuh semak
duri."</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Bunga putih pun sadar,dan pada akhirnya
ia bersyukur
atas keadaan dirinya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br />
Terkadang kita seperti bunga putih diatas. Kita seringkali kecewa dan
merasa buruk atau tertekan karena berbeda dengan orang lain yang berada
di lingkungan sekitar kita.</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
Kita seringkali tak menyadari bahwa
ketika kita berbeda dengan yang lainnya,Tuhan memiliki rencana yang besar di dalam hidup
kita..yaitu untuk menjadikan hidup kita menjadi hidup yang memberikan
harapan bagi orang lain yang membutuhkan,dan untuk menunjukkan bagi
setiap orang, bahwa mimpi masih bisa terwujud di tengah dinginnya
dunia,dan harapan masih ada meskipun sepertinya segala sesuatunya tidak
dapat menjanjikan apa-apa.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
Karena itu, yakinlah di dalam hatimu..
mungkin pada awalnya dirimu merasa tertekan karena berbeda dengan yang
lainnya.. Namun, Tuhan tidak pernah melakukan kesalahan dalam mengatur
dan menempatkan dirimu..karena Ia tahu,
perbedaan yang ada pada dirimu adalah untuk menunjukkan kepada dunia,
bahwa harapan masih ada di dunia yang dingin seperti batu.. Dan Ia
memilihmu karena Ia mempunyai rencana yang besar di dalam hidupmu,yang
tak pernah terpikirkan dalam benakmu..namun sudah dipersiapkan dengan
luar biasa oleh Tuhan..</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
Karena itu, percayalah..bahwa apapun
yang terjadi di dalam hidupmu..semuanya akan mendatangkan kebaikan dan
harapan di dalam hidupmu dan juga hidup orang lain.. dan terlebih dari
itu semua, percayalah bahwa apa yang Tuhan tetapkan di dalam
hidupmu..pasti pada akhirnya semua hal itu akan menjadi indah pada
waktuNya.</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: xx-small;"><i>source: http://menatarohani.blogspot.com/2012/05/kisah-bunga-putih-artikel.html </i></span></div>
Gereja Isa Almasih Jemaat Jemursarihttp://www.blogger.com/profile/05375091842282663619noreply@blogger.com6tag:blogger.com,1999:blog-1068691755223423512.post-70593419274927191392012-10-22T15:16:00.001+07:002012-10-22T15:16:07.758+07:00Bibir Seorang Kristen<div style="text-align: justify;">
Suatu
masa hiduplah seekor singa yang liar dan buas. Setiap kali bertemu
makhluk hidup lain dan terutama manusia pasti saja akan diterkam dan
dilahap habis. Tulang-tulang yang keras sekalipun pasti akan remuk dan
tak pernah tersisa oleh taringnya yang runcing. Suatu saat, ketika tahu
bahwa orang Kristen adalah orang-orang baik, maka berkatalah ia kepada
teman-teman singa yang lain: 'Aku telah mendengar seruan di padang
gurun, dan saya ingin bertobat. Saya pasti tak akan menggangu
orang-orang kristen lagi. Saya akan membiarkan mereka tetap hidup, dan
tak akan lagi menjadikan mereka santapan pemuas isi perutku.'
<br />
<br />Namun setelah lewat beberapa hari, seorang Kristen lewat. Singa liar
dan buas itu sekali lagi melahap orang itu. Seluruh bagian tubuh orang
tersebut dimakan habis tak tersisa, kecuali bibirnya. Ia lalu dicemoohi
teman-temannya: 'Bukankah engkau ingin bertobat dan berjanji tak akan
menjadikan orang Kristen sebagai santapan lezatmu?? Mengapa hari ini
engkau justru sekali lagi membunuh seorang Kristen?'
<br />
<br />Singa buas itu menjawab: 'Saya memang sudah berjanji untuk tidak
menerkam orang Kristen. Namun orang yang telah kumakan itu telah kucium
sebelum diterkam. Ternyata sama sekali tak tercium aroma kekristenan,
kecuali bibirnya saja. Karena itu bibirnya sajalah yang tidak kumakan.' </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: xx-small;"><i>source: http://menatarohani.blogspot.com/2012/05/ilustrasi-2-dalam-cerita.html </i></span></div>
Gereja Isa Almasih Jemaat Jemursarihttp://www.blogger.com/profile/05375091842282663619noreply@blogger.com3tag:blogger.com,1999:blog-1068691755223423512.post-74468802003280374182012-10-22T15:07:00.000+07:002012-10-22T15:07:06.670+07:00Kisah Burung Rajawali<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: verdana; font-size: 78%;">Tahukah Anda bahwa burung rajawali adalah burung yang paling panjang usianya?<br /> </span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: verdana; font-size: 78%;">Seekor
burung rajawali bisa mencapai umur hingga 70 tahun. Tapi untuk mencapai
umur tersebut adalah sebuah pilihan bagi seekor rajawali, apakah dia
ingin hidup sampai 70 tahun atau hanya sampai 40 tahun.<br /><br />Ketika
burung rajawali mencapai umur 40 tahun, maka untuk dapat hidup lebih
panjang 30 tahun lagi, dia harus melewati transformasi tubuh yang sangat
menyakitkan. Dan pada saat inilah seekor rajawali harus menentukan
pilihan untuk melewati transformasi yang menyakitkan itu atau melewati
sisa hidup yang tidak menyakitkan namun singkat menuju kematian.<br /><br />Pada
umur 40 tahun paruh rajawali sudah sangat bengkok dan panjang hingga
mencapai lehernya sehingga ia akan kesulitan memakan. Dan cakar-cakarnya
juga sudah tidak tajam. Selain itu bulu pada sayapnya sudah sangat
tebal sehingga ia sulit untuk dapat terbang tinggi.<br /><br />Bila seekor
rajawali memutuskan untuk melewati transformasi tubuh yang menyakitkan
tersebut, maka ia harus terbang mencari pegunungan yang tinggi kemudian
membangun sarang di puncak gunung tersebut. Kemudian dia akan
mematuk-matuk paruhnya pada bebatuan di gunung sehingga paruhnya lepas.
Setelah beberapa lama paruh baru nya akan muncul, dan dengan menggunakan
paruhnya yang baru itu ia akan mencabut kukunya satu persatu-satu dan
menunggu hingga tumbuh kuku baru yang lebih tajam. Dan ketika kuku-kuku
itu telah tumbuh ia akan mencabut bulu sayap nya hingga rontok semua dan
menunggu bulu-bulu baru tumbuh pada sayapnya. Dan ketika semua itu
sudah dilewati rajawali itu dapat terbang kembali dan menjalani
kehidupan normalnya. Begitulah transformasi menyakitkan yang harus
dilewati oleh seekor rajawali selama kurang lebih setengah tahun.<br /><br />Burung
rajawali ini ibarat kita sebagai manusia. Ketika sebuah masalah datang
dalam kehidupan kita dan kita dihadapkan pada pilihan-pilihan yang harus
diambil, dan sering dari pilihan yang kita ambil tersebut kita harus
melewati suatu transformasi kehidupan yang menyakitkan bagi jiwa dan
tubuh kita. Namun ditengah kesulitan tersebut kita harus ingat ada Tuhan
yang menyertai kita, ada masa depan yang Tuhan sediakan untuk kita
diakhir perjuangan kita, suatu kehidupan 30 tahun lebih panjang, suatu
kehidupan yang lebih baik, suatu pemulihan hubungan, suatu kesembuhan,
suatu sukacita ....., suatu yang saudara impikan selama ini.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: verdana; font-size: 78%;"><span style="font-size: xx-small;"><i>source: http://renungan-harian-kita.blogspot.com/2007/07/kisah-burung-rajawali.html </i></span></span></div>
Gereja Isa Almasih Jemaat Jemursarihttp://www.blogger.com/profile/05375091842282663619noreply@blogger.com4tag:blogger.com,1999:blog-1068691755223423512.post-33908829237362082292012-09-15T12:44:00.004+07:002012-09-15T12:44:37.141+07:00Meja Kayu<div style="text-align: justify;">
Suatu ketika, ada seorang kakek yang harus tinggal dengan anaknya.
Selain itu, tinggal pula menantu, dan anak mereka yang berusia 6 tahun.
Tangan orang tua ini begitu rapuh, dan sering bergerak tak menentu.
Penglihatannya buram, dan cara berjalannya pun ringkih. Keluarga itu
biasa makan bersama di ruang makan. Namun, sang orang tua yang pikun ini
sering mengacaukan segalanya. Tangannya yang bergetar dan mata yang
rabun, membuatnya susah untuk menyantap makanan. Sendok dan garpu kerap
jatuh ke bawah. Saat si kakek meraih gelas, segera saja susu itu tumpah
membasahi taplak.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Anak dan menantunya pun menjadi gusar. Mereka merasa direpotkan
dengan semua ini. “Kita harus lakukan sesuatu, ” ujar sang suami. “Aku
sudah bosan membereskan semuanya untuk pak tua ini.” Lalu, kedua
suami-istri ini pun membuatkan sebuah meja kecil di sudut ruangan.
Disana, sang kakek akan duduk untuk makan sendirian, saat semuanya
menyantap makanan. Karena sering memecahkan piring, keduanya juga
memberikan mangkuk kayu untuk si kakek.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Sering, saat keluarga itu sibuk dengan makan malam mereka, terdengar
isak sedih dari sudut ruangan. Ada airmata yang tampak mengalir dari
gurat keriput si kakek. Namun, kata yang keluar dari suami-istri ini
selalu omelan agar ia tak menjatuhkan makanan lagi. Anak mereka yang
berusia 6 tahun memandangi semua dalam diam.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Suatu malam, sebelum tidur, sang ayah memperhatikan anaknya yang
sedang memainkan mainan kayu. Dengan lembut ditanyalah anak itu. “Kamu
sedang membuat apa?”</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Anaknya menjawab, “Aku sedang membuat meja kayu
buat ayah dan ibu untuk makan saatku besar nanti. Nanti, akan kuletakkan
di sudut itu, dekat tempat kakek biasa makan.” Anak itu tersenyum dan
melanjutkan pekerjaannya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Jawaban itu membuat kedua orangtuanya begitu sedih dan terpukul.
Mereka tak mampu berkata-kata lagi. Lalu, airmatapun mulai bergulir dari
kedua pipi mereka. Walau tak ada kata-kata yang terucap, kedua orangtua
ini mengerti, ada sesuatu yang harus diperbaiki. Malam itu, mereka
menuntun tangan si kakek untuk kembali makan bersama di meja makan. Tak
ada lagi omelan yang keluar saat ada piring yang jatuh, makanan yang
tumpah atau taplak yang ternoda. Kini, mereka bisa makan bersama lagi di
meja utama.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br />***<br />
<span style="color: blue;">Sahabat, anak-anak adalah persepsi dari kita. Mata mereka akan selalu
mengamati, telinga mereka akan selalu menyimak, dan pikiran mereka akan
selalu mencerna setiap hal yang kita lakukan. Mereka adalah peniru. Jika
mereka melihat kita memperlakukan orang lain dengan sopan, hal itu pula
yang akan dilakukan oleh mereka saat dewasa kelak. Orangtua yang bijak,
akan selalu menyadari, setiap “bangunan jiwa” yang disusun, adalah
pondasi yang kekal buat masa depan anak-anak.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">Mari, susunlah bangunan itu dengan bijak. Untuk anak-anak kita, untuk
masa depan kita, untuk semuanya. Sebab, untuk mereka lah kita akan
selalu belajar, bahwa berbuat baik pada orang lain, adalah sama halnya
dengan tabungan masa depan.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<i><span style="font-size: x-small;">source: http://www.resensi.net/meja-kayu/2009/02 </span></i></div>
Gereja Isa Almasih Jemaat Jemursarihttp://www.blogger.com/profile/05375091842282663619noreply@blogger.com4tag:blogger.com,1999:blog-1068691755223423512.post-4121360113910471262012-09-15T12:39:00.000+07:002012-09-15T12:39:04.083+07:00Cangkir Yang Cantik<div style="text-align: justify;">
Sepasang kakek dan nenek pergi belanja di sebuah toko suvenir untuk
mencari hadiah buat cucu mereka. Kemudian mata mereka tertuju kepada
sebuah cangkir yang cantik. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Lihat cangkir itu,” kata si nenek
kepada suaminya. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Kau benar, inilah cangkir tercantik yang pernah aku
lihat,” ujar si kakek.</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
Saat mereka mendekati cangkir itu, tiba-tiba cangkir yang
dimaksud berbicara “Terima kasih untuk perhatiannya, perlu
diketahui bahwa aku dulunya tidak cantik. Sebelum menjadi cangkir yang
dikagumi, aku hanyalah seonggok tanah liat yang tidak berguna.
Namun suatu hari ada seorang pengrajin dengan tangan kotor melempar aku
ke sebuah roda berputar. Kemudian ia mulai memutar-mutar aku hingga aku merasa pusing. Stop !
Stop ! Aku berteriak, Tetapi orang itu berkata “belum !” lalu ia
mulai menyodok dan meninjuku berulang-ulang. Stop! Stop ! teriakku
lagi. Tapi orang ini masih saja meninjuku, tanpa menghiraukan
teriakanku. Bahkan lebih buruk lagi ia memasukkan aku ke dalam
perapian. Panas ! Panas ! Teriakku dengan keras. Stop ! Cukup !
Teriakku lagi. Tapi orang ini berkata “belum !”</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Akhirnya ia mengangkat aku dari perapian itu dan membiarkan aku
sampai dingin. Aku pikir, selesailah penderitaanku. Oh ternyata
belum. Setelah dingin aku diberikan kepada seorang wanita muda dan
dan ia mulai mewarnai aku. Asapnya begitu memualkan. Stop ! Stop ! Aku
berteriak.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Wanita itu berkata “belum !” Lalu ia memberikan aku kepada seorang
pria dan ia memasukkan aku lagi ke perapian yang lebih panas dari
sebelumnya! Tolong ! Hentikan penyiksaan ini ! Sambil menangis aku
berteriak sekuat-kuatnya. Tapi orang ini tidak peduli dengan
teriakanku.Ia terus membakarku. Setelah puas “menyiksaku” kini aku
dibiarkan dingin.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Setelah benar-benar dingin, seorang wanita cantik mengangkatku dan
menempatkan aku dekat kaca. Aku melihat diriku. Aku terkejut
sekali. Aku hampir tidak percaya, karena di hadapanku berdiri sebuah
cangkir yang begitu cantik. Semua kesakitan dan penderitaanku yang lalu
menjadi sirna tatkala kulihat diriku.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
***</div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">Sahabat, dalam kehidupan ini adakalanya kita seperti disuruh
berlari, ada kalanya kita seperti digencet permasalahan kehidupan. Tapi
sadarlah bahwa lakon-lakon itu merupakan cara Tuhan untuk membuat kita
kuat. Hingga cita-cita kita tercapai. Memang pada saat itu tidaklah
menyenangkan, sakit, penuh penderitaan, dan banyak air mata. Tetapi
inilah satu-satunya cara untuk mengubah kita supaya menjadi cantik
dan memancarkan kemuliaan.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">“Sahabat, anggaplah sebagai suatu kebahagiaan, apabila kamu jatuh
ke dalam berbagai pencobaan, sebab Anda tahu bahwa ujian terhadap
kita menghasilkan ketekunan. Dan biarkanlah ketekunan itu memperoleh
buah yang matang supaya Anda menjadi sempurna dan utuh dan tak
kekurangan suatu apapun.”</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">Apabila Anda sedang menghadapi ujian hidup, jangan kecil hati,
karena akhir dari apa yang sedang anda hadapi adalah kenyataan bahwa
anda lebih baik, dan makin cantik dalam kehidupan ini.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: x-small;"><i>source: http://www.resensi.net/cangkir-yang-cantik/2008/07 </i></span></div>
Gereja Isa Almasih Jemaat Jemursarihttp://www.blogger.com/profile/05375091842282663619noreply@blogger.com4tag:blogger.com,1999:blog-1068691755223423512.post-26555726645009597132012-08-23T16:19:00.003+07:002012-08-23T16:19:42.894+07:00Sumur Masalah<div style="text-align: justify;">
Suatu hari keledai milik seorang petani jatuh ke dalam sumur. Hewan itu menangis memilukan selama berjam-jam sementara si petani memikirkan apa yang harus dilakukannya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Akhirnya si petani memutuskan bahwa hewan itu sudah tua dan sumur juga perlu ditimbun - ditutup karena berbahaya), jadi tidak berguna untuk menolong si keledai.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dan ia mengajak tetangga-tetangganya untuk datang membantunya. Mereka membawa sekop dan mulai menyekop tanah ke dalam sumur. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Ketika si keledai menyadari apa yang sedang terjadi, ia menangis penuh kengerian. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Tetapi kemudian semua orang takjub karena si keledai menjadi diam. Setelah beberapa sekop tanah lagi dituangkan ke dalam sumur. Si petani melihat ke dalam sumur dan tercengang karena apa yang dilihatnya. Walaupun punggungnya terus ditimpa oleh bersekop-sekop tanah dan kotoran, si keledai melakukan sesuatu yang menakjubkan. Ia mengguncang-guncangkan badannya agar tanah yang menimpa punggungnya turun ke bawah, lalu menaiki tanah itu.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Sementara si petani dan tetangga-tetangganya terus menuangkan tanah kotor ke atas punggung hewan itu, si keledai terus juga mengguncangkan badannya dan melangkah naik.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Segera saja semua orang terpesona ketika si keledai meloncati tepi sumur dan melarikan diri.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Mungkin kehidupan ini terus saja menuangkan tanah dan kotoran kepadamu, segala macam tanah dan kotoran. Cara untuk keluar dari "sumur" (kesedihan, masalah, dll) adalah dengan mengguncangkan segala tanah dan kotoran dari diri kita (pikiran dan hati kita) dan melangkah naik dari "sumur" dengan menggunakan hal-hal tersebut sebagai pijakan. Setiap masalah/ujian bukanlah beban, tapi jadikanlah satu batu pijakan untuk melangkah dan melompat ke level yang lebih tinggi.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Percayalah, kita dapat keluar dari "sumur" yang terdalam dengan terus berjuang, jangan pernah menyerah.</div>
Gereja Isa Almasih Jemaat Jemursarihttp://www.blogger.com/profile/05375091842282663619noreply@blogger.com5tag:blogger.com,1999:blog-1068691755223423512.post-23102338629002690462012-08-23T15:59:00.003+07:002012-08-23T15:59:50.390+07:00Harta Dalam Bejana Tanah Liat<div style="color: red; text-align: center;">
<i><span style="font-size: x-small;">Tetapi harta ini kami punyai dalam bejana tanah liat, supaya nyata,</span></i></div>
<div style="color: red; text-align: center;">
<i><span style="font-size: x-small;">bahwa kekuatan yang melimpah-limpah itu berasal dari Allah, bukan dari
diri kami. </span></i></div>
<div style="color: red; text-align: center;">
<i><span style="font-size: x-small;">(2 Korintus 4:7)</span></i></div>
<div style="color: red; text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="color: black; text-align: justify;">
William adalah seorang penasehat
kerajaan yang sangat disegani karena kebijaksanaannya. Raja pun sangat
memperhatikan perkataan dan nasehatnya. Akan tetapi, hal itu rupanya
membuat putri raja merasa iri, apalagi William memiliki wajah yang jelek
dengan tubuh yang bongkok.</div>
<div style="color: black; text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="color: black; text-align: justify;">
Putri raja pun bertanya kepadanya sambil
mengejek: “Jika engkau bijaksana, beritahu aku mengapa Tuhan menyimpan
kebijaksanaan-Nya dalam diri orang yang buruk rupa dan bongkok?”</div>
<div style="color: black; text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="color: black; text-align: justify;">
</div>
<div style="color: black; text-align: justify;">
<span id="more-106"></span></div>
<div style="color: black; text-align: justify;">
William balik bertanya: “Apakah ayahmu mempunyai anggur?”</div>
<div style="color: black; text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="color: black; text-align: justify;">
“Semua orang tahu bahwa ayahku mempunyai anggur terbaik. Pertanyaan bodoh macam apa itu?” sahut putri raja sinis.</div>
<div style="color: black; text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="color: black; text-align: justify;">
“Di mana ia meletakkannya?” William bertanya lagi.</div>
<div style="color: black; text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="color: black; text-align: justify;">
“Yang pasti di dalam bejana tanah liat.” Jawab putri raja.</div>
<div style="color: black; text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="color: black; text-align: justify;">
William pun tertawa dan berkata:
“Seorang raja yang kaya akan emas dan perak seperti ayahmu menggunakan
bejana tanah liat untuk menyimpan anggur terbaik?”</div>
<div style="color: black; text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="color: black; text-align: justify;">
Mendengar perkataan William tersebut
putri raja pun merasa malu dan berlalu meninggalkannya. Kemudian ia
segera memerintahkan agar para pelayan memindahkan semua anggur yang ada
di istana dari dalam bejana tanah liat ke dalam bejana dari emas dan
perak.</div>
<div style="color: black; text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="color: black; text-align: justify;">
Suatu hari sang raja mengadakan jamuan
bagi para tamu kerajaan. Alangkah terkejutnya ia karena anggur yang
diminumnya sangat asam rasanya. Dengan geram ia memanggil semua pelayan
istana dan menanyakan masalah ini kepada mereka. Para pelayan itupun
menceritakan bahwa semua anggur itu telah disimpan dalam bejana emas dan
perak atas instruksi putri raja sendiri. Maka sang raja menegur
perilaku putrinya itu dengan keras.</div>
<div style="color: black; text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="color: black; text-align: justify;">
Kemudian putri raja berkata kepada
William: “Mengapa engkau menipu aku? Aku telah memindahkan semua anggur
ke bejana emas dan hasilnya semua anggur itu jadi asam rasanya.”</div>
<div style="color: black; text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="color: black; text-align: justify;">
Dengan ringan William menjawab:
“Sekarang engkau tahu mengapa Tuhan lebih suka menempatkan kebijaksanaan
dalam wadah yang sederhana. Kebijaksanaan itu sama seperti anggur, ia
hanya cocok disimpan dalam bejana tanah liat.”</div>
<div style="color: black; text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="color: blue; text-align: justify;">
Allah seringkali mempercayakan tugas
pelayanan yang besar pada orang-orang biasa yang lemah dan sederhana.
Tujuan-Nya jelas, agar semua orang mengetahui bahwa segala kemampuan dan
kehebatan itu berasal dari Allah, bukan dari diri si pelayan. Dengan
demikian segala kemuliaan hanya diberikan kepada Allah saja.</div>
<div style="color: black; text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="color: black; text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
Jadi,</div>
<ul style="color: #274e13;">
<li>
<div style="text-align: justify;">
Bila saat ini anda merasa lemah dan
tak berdaya, jangan kuatir, Allah dapat memakai anda menjadi alat yang
luar biasa di tangan-Nya. Karena itu, senantiasa lakukan yang terbaik
bagi-Nya.</div>
</li>
<li>
<div style="text-align: justify;">
Bila saat ini anda telah dipakai
menjadi alat Tuhan yang luar biasa, jangan lupa, hanya karena anugerah
Allah sajalah anda dapat melakukan semua itu. Karena itu, senantiasa
rendahkan diri anda di hadapan Allah dan kembalikan segala kemuliaan
kepada-Nya.</div>
</li>
</ul>
<div style="color: red; text-align: justify;">
<i><span style="font-size: x-small;"><span style="color: black; font-size: x-small;"> source: http://hartarohani.com/harta-dalam-bejana-tanah-liat</span> </span></i></div>
Gereja Isa Almasih Jemaat Jemursarihttp://www.blogger.com/profile/05375091842282663619noreply@blogger.com5tag:blogger.com,1999:blog-1068691755223423512.post-68110862752640542642012-08-23T15:52:00.002+07:002012-08-23T15:52:46.311+07:00Macan Dengan Nyali Tikus<div style="color: blue; text-align: center;">
<i>Sebab Allah memberikan kepada kita bukan roh ketakutan,
<em>- II Timotius 1:7</em></i></div>
<br />
<div style="text-align: justify;">
Salah satu alasan mengapa kita tidak bisa mengembangkan senyum lebih lebar
adalah karena kita terlampau dicekam oleh ketakutan kita sendiri. Boleh percaya
boleh tidak, namun fakta berkata bahwa ketakutan adalah seperti kanker ganas
yang menggerogoti sukacita kita. Semakin kita mengijinkan ketakutan mempengaruhi
kehidupan kita, maka semakin sulit kita merasakan sukacita.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Cerita lama dari India menceritakan tentang tikus yang ketakutan karena melihat
seekor kucing. Itu sebabnya tikus tersebut pergi kepada tukang sihir untuk menyulapnya
menjadi kucing. Setelah tikus tersebut jadi kucing, kembali lagi ia dicekam
rasa takut karena melihat anjing. Maka segera saja ia kembali ke tukang sihir
dan minta mengubahnya menjadi anjing. Setelah jadi anjing, lagi-lagi ia takut
ketika bertemu dengan macan dan minta kepada tukang sihir untuk mengubahnya
menjadi macan. Tetapi ketika ia datang lagi dengan keluhan bahwa ia bertemu
dengan pemburu, si tukang sihir menolak membantu lagi, “Akan saya ubah
kamu jadi tikus lagi, sebab, sekalipun badanmu macan, nyalimu masih tetap nyali
tikus.”</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Ketika kita percaya kepada Yesus, kita diubah menjadi manusia baru. Hanya sayang,
kita seperti cerita klasik tersebut. Kita mengaku sudah menjadi manusia baru,
tapi “nyali” kita tidak baru. Daripada mengijinkan Kristus menguasai
kehidupan kita, kita lebih mengijinkan ketakutan yang menguasai kita. Bukan
iman, tapi rasa kuatir. Bukan keberanian, tapi rasa cemas. Tak heran sukacita
kita padam. Tak ada senyum. Tak ada keceriaan. Sebaliknya, kegelisahan dan ketakutanlah
yang terpancar dari hidup kita. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Seandainya kita memiliki nyali Kristus, tentu kita bisa bersukacita dalam segala
keadaan. Paulus memiliki nyali Kristus, itu sebabnya penjara tak bisa membendung
sukacitanya. Demikian juga situasi dan kondisi yang paling buruk sekalipun tak
akan pernah bisa memadamkan sukacita kita, seandainya kita memiliki nyali Kristus.
Sungguh ironis kalau kita mengaku sebagai anak Tuhan tetapi tak mampu lagi bersukacita
karena situasi dan keadaan yang menantang kita. Bukankah seharusnya kita berani
menghadapi setiap tantangan hidup dengan optimisme dan sukacita? Kalau tak bisa
tersenyum di tengah tantangan hidup, itu seperti seekor macan dengan nyali tikus.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Hadapilah semua tantangan hidup dengan optimisme dan sukacita.</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: x-small;"><i>source: http://www.renungan-spirit.com/ilustrasi-rohani/macan_dengan_nyali_tikus.html</i></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: #999999;"></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: #999999;"><em></em></span></div>
Gereja Isa Almasih Jemaat Jemursarihttp://www.blogger.com/profile/05375091842282663619noreply@blogger.com4tag:blogger.com,1999:blog-1068691755223423512.post-58706886454810994572012-08-23T15:48:00.000+07:002012-08-23T15:48:10.497+07:00Find and See<div style="color: red; text-align: center;">
Siapa bergaul dengan orang bijak menjadi bijak.<em>- Amsal 13:20</em></div>
<br />
<div style="text-align: justify;">
Pelikan adalah burung penangkap ikan yang ulung. Tetapi di kota Monterey, California
hal seperti ini tidak terjadi. Di kota ini, burung-burung pelikan tidak perlu
bersusah payah untuk mendapatkan ikan, karena banyak sekali pabrik-pabrik pengalengan
ikan. Selama bertahun-tahun mereka berpesta dengan ikan-ikan yang berserakan.
Tetapi hal yang menakutkan terjadi ketika ikan di sepanjang pesisir mulai habis,
dan pabrik-pabrik pengalengan mulai tutup, burung-burung tersebut mengalami
kesulitan. Karena sudah bertahun-tahun tidak menangkap ikan, mereka menjadi
gemuk dan malas. Ikan-ikan yang dulu mereka dapatkan dengan mudah sudah tidak
ada, sehingga satu persatu dari mereka mulai sekarat dan mati.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Para pencinta lingkungan hidup berusaha keras untuk menyelamatkan mereka. Berbagai
cara dicoba untuk mencegah populasi burung ini agar tidak punah. Sampai suatu
saat terpikirkan oleh mereka untuk mengimport burung-burung pelikan dari daerah
lain, yaitu pelikan-pelikan yang berburu ikan setiap hari. Pelikan-pelikan tersebut
lalu bergabung bersama pelikan-pelikan setempat. Hasilnya luar biasa. Pelikan-pelikan
baru tersebut dengan segera berburu ikan dengan giatnya, perlahan-lahan pelikan-pelikan
yang kelaparan tersebut tergerak untuk berburu ikan juga. Akhirnya pelikan-pelikan
di daerah tersebut hidup dengan memburu ikan lagi. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Les Giblin, seorang pakar hubungan manusia menjelaskan bahwa manusia belajar
sesuatu dari panca inderanya. 1% dari rasa, 1½ % dari sentuhan, 3½
% dari penciuman, 11% dari pendengaran, dan 83% dari pengelihatan. John C Maxwel,
seorang pakar kepemimpinan dalam sebuah surveinya membuktikan bahwa, “Bagaimana
seorang menjadi pemimpin?” 5% akibat dari sebuah krisis, 10% adalah karunia
alami, dan 85% adalah dikarenakan pengaruh dari pemimpin mereka.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Demikian halnya jika Anda ingin semakin maju, maka salah satu cara terbaik
adalah dengan bergaul dengan orang-orang yang berprestasi yang bisa anda temui.
Perhatikan cara mereka bekerja, lihat hidup mereka, pelajari cara berpikir mereka,
lihat bagaimana mereka mengambil keputusan-keputusan penting dalam hidup mereka.
Memang benar kita dapat belajar dari Tuhan langsung atau melalui pimpinan Roh
Kudus, tapi kita juga harus terbuka ketika Tuhan menempatkan orang-orang terbaik
yang bisa memacu hidup kita.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Carilah pergaulan yang dapat membangun kerohanian dan kehidupan Anda!</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<i><span style="font-size: x-small;">source: http://www.renungan-spirit.com/ilustrasi-rohani/find-and-see.html </span></i></div>
Gereja Isa Almasih Jemaat Jemursarihttp://www.blogger.com/profile/05375091842282663619noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-1068691755223423512.post-39091430476139005132012-07-23T13:27:00.001+07:002012-07-23T13:27:09.525+07:00Pohon Apel dan Anak LelakiSuatu ketika, hiduplah sebatang pohon apel besar dan anak lelaki yang senang bermain-main di bawah pohon apel itu setiap hari.<br />
<br />
Ia
senang memanjatnya hingga ke pucuk pohon, memakan buahnya,tidur-tiduran
di keteduhan rindang daun-daunnya. Anak lelaki itu sangat mencintai
pohon apel itu. Demikian pula pohon apel sangat mencintai anak kecil
itu. Waktu terus berlalu. Anak lelaki itu kini telah tumbuh besar dan
tidak lagi bermain-main dengan pohon apel itu setiap harinya.<br />
<br />
Suatu hari ia mendatangi pohon apel. Wajahnya tampak sedih. "Ayo kesini bermain-main lagi denganku," pinta pohon apel itu.<br />
<br />
"Aku bukan anak kecil yang bermain-main dengan pohon lagi," jawab anak lelaki itu.<br />
<br />
"Aku ingin sekali memiliki mainan, tapi aku tak punya uang untuk membelinya."<br />
<br />
Pohon
apel itu menyahut, "Duh, maaf aku pun tak punya uang..., tetapi kau
boleh mengambil semua buah apelku dan menjualnya. Kau bisa mendapatkan
uang untuk membeli mainan kegemaranmu."<br />
<br />
Anak lelaki itu
sangat senang. Ia lalu memetik semua buah apel yang ada di pohon dan
pergi dengan penuh suka cita. Namun, setelah itu anak lelaki tak pernah
datang lagi. Pohon apel itu kembali sedih.<br />
<br />
Suatu hari anak lelaki itu datang lagi. Pohon apel sangat senang melihatnya datang.<br />
<br />
"Ayo bermain-main denganku lagi," kata pohon apel.<br />
<br />
"Aku
tak punya waktu," jawab anak lelaki itu. "Aku harusbekerja untuk
keluargaku. Kami membutuhkan rumah untuk tempat tinggal. Maukah kau
menolongku?"<br />
<br />
"Duh, maaf aku pun tak memiliki rumah. Tapi kau boleh menebang semua dahan rantingku untuk membangun rumahmu," kata pohon apel.<br />
<br />
Kemudian
anak lelaki itu menebang semua dahan dan ranting pohon apel itu dan
pergi dengan gembira. Pohon apel itu juga merasa bahagia melihat anak
lelaki itu senang, tapi anak lelaki itu tak pernah kembali lagi. Pohon
apel itu merasa kesepian dan sedih.<br />
<br />
Pada suatu musim panas, anak lelaki itu datang lagi. Pohon apel merasa sangat bersuka cita menyambutnya.<br />
<br />
"Ayo bermain-main lagi denganku," kata pohon apel.<br />
<br />
"Aku
sedih," kata anak lelaki itu."Aku sudah tua dan ingin hidup tenang. Aku
ingin pergi berlibur dan berlayar. Maukah kau memberi aku sebuah kapal
untuk pesiar?"<br />
<br />
"Duh, maaf aku tak punya kapal, tapi kau
boleh memotong batang tubuh ku danmenggunakannya untuk membuat kapal
yang kau mau. Pergilah berlayar dan bersenang-senanglah."<br />
<br />
Kemudian,
anak lelaki itu memotong batang pohon apel itu dan membuat kapal yang
diidamkannya. Ia lalu pergi berlayar dan tak pernah lagi datang menemui
pohon apel itu.<br />
<br />
Akhirnya, anak lelaki itu datang lagi
setelah bertahun-tahun kemudian. "Maaf anakku," kata pohon apel itu.
"Aku sudah tak memiliki buah apel lagi untukmu."<br />
<br />
"Tak apa. Aku pun sudah tak memiliki gigi untuk mengigit buah apelmu," jawab anak lelaki itu.<br />
<br />
"Aku juga tak memiliki batang dan dahan yang bisa kau panjat," kata pohon apel.<br />
<br />
"Sekarang, aku sudah terlalu tua untuk itu," jawab anak lelaki itu.<br />
<br />
"Aku
benar-benar tak memiliki apa-apa lagi yang bisa aku berikan padamu.
Yang tersisa hanyalah akar-akarku yang sudah tua dan sekarat ini," kata
pohon apel itu sambil menitikkan air mata.<br />
<br />
"Aku tak memerlukan apa-apa lagi sekarang," kata anak lelaki.<br />
<br />
"Aku hanya membutuhkan tempat untuk beristirahat. Aku sangat lelah setelah sekian lama meninggalkanmu."<br />
<br />
"Oooh,
bagus sekali. Tahukah kau, akar-akar pohon tua adalah tempat terbaik
untuk berbaring dan beristirahat. Mari, marilah berbaring di pelukan
akar-akarku dan beristirahatlah dengan tenang."<br />
<br />
Anak lelaki itu berbaring dipelukan akar-akar pohon. Pohon apel itu sangat gembira dan tersenyum sambil meneteskan airmatanya.<br />
<br />
<span style="color: #33cc00;">Pohon apel itu adalah orang tua kita.</span><br />
<span style="color: #33cc00;">Ketika kita muda, kita senang bermain-main dengan ayah dan ibu kita. </span><br />
<span style="color: #33cc00;">Ketika kita tumbuh besar, kita meninggalkan mereka, dan hanya datang ketika kita memerlukan sesuatu atau dalam kesulitan. </span><br />
<span style="color: #33cc00;">Tak
peduli apa pun, orang tua kita akan selalu ada di sana untuk memberikan
apa yang bisa mereka berikan untuk membuat kita bahagia. Anda mungkin
berpikir bahwa anak lelaki itu telah bertindak sangat kasar pada pohon
itu, tetapi begitulah cara kita memperlakukanorang tua kita.</span><br />
<br />
<i><span style="font-size: 130%;"><b>Dan,yang terpenting:</b> <span style="color: #330099;">cintailah
orang tua kita. Sampaikan pada orang tua kita sekarang, betapa kita
mencintainya; dan berterima kasih atas seluruh hidup yang telah dan akan
diberikannya pada kita.</span></span></i>Ronny Wibowo Liehttp://www.blogger.com/profile/14521141129262495067noreply@blogger.com6tag:blogger.com,1999:blog-1068691755223423512.post-43743295492300938682012-07-23T12:18:00.007+07:002012-07-23T12:18:50.383+07:00Berjalan Dengan Keong<div style="text-align: justify;">
Tuhan memberiku sebuah tugas, yaitu membawa keong jalan-jalan.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br />Aku tak dapat jalan terlalu cepat, keong sudah berusaha keras merangkak. Setiap kali hanya beralih sedemikian sedikit.<br /> </div>
<div style="text-align: justify;">
Aku
mendesak, menghardik, memarahinya, Keong memandangku dengan pandangan
meminta-maaf, serasa berkata, "Aku sudah berusaha dengan segenap tenaga
!"<br /> </div>
<div style="text-align: justify;">
Aku menariknya, menyeret, bahkan menendangnya, keong terluka. Ia
mengucurkan keringat, nafas tersengal-sengal, merangkak ke depan.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br />Sungguh aneh, mengapa Tuhan memintaku mengajak seekor keong berjalan-jalan.<br /> </div>
<div style="text-align: justify;">
Ya
Tuhan! Mengapa ? Langit sunyi-senyap. Biarkan saja keong merangkak
di depan, aku kesal di belakang. Pelankan langkah, tenangkan hati....<br /><br />Oh? Tiba-tiba tercium aroma bunga, ternyata ini adalah sebuah taman bunga. Aku rasakan hembusan sepoi angin, ternyata angin malam demikian lembut. Ada lagi! Aku dengar suara kicau burung, suara dengung cacing. Aku lihat langit penuh bintang cemerlang. Oh? Mengapa dulu tidak rasakan semua ini ? Barulah aku teringat, Mungkin aku telah salah menduga!<br /><br />Ternyata
Tuhan meminta keong menuntunku jalan-jalan sehingga aku dapat mamahami
dan merasakan keindahan taman ini yang tak pernah kualami kalau aku
berjalan sendiri dengan cepatnya.<br /> </div>
<div style="text-align: justify;">
"He's here and with me for a reason". </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Saat bertemu dengan orang yang benar-benar engkau kasihi, haruslah berusaha memperoleh kesempatan untuk bersamanya seumur hidupmu. </div>
<div style="text-align: justify;">
Karena ketika dia telah pergi, segalanya telah terlambat.<br /><br />Saat bertemu teman yang dapat dipercaya, rukunlah bersamanya. </div>
<div style="text-align: justify;">
Karena seumur hidup manusia, teman sejati tak mudah ditemukan.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Saat bertemu penolongmu, ingat untuk bersyukur padanya.<br />Karena ialah yang mengubah hidupmu<br /><br />Saat bertemu orang yang pernah kau cintai, ingatlah dengan tersenyum untuk berterima-kasih .<br />Karena ialah orang yang membuatmu lebih mengerti tentang kasih.<br /><br />Saat bertemu orang yang pernah kau benci, sapalah dengan tersenyum.<br />Karena ia membuatmu semakin teguh / kuat.<br /><br />Saat bertemu orang yang pernah mengkhianatimu, baik-baiklah berbincanglah dengannya.<br />Karena jika bukan karena dia, hari ini engkau tak memahami dunia ini.<br /><br />Saat bertemu orang yang pernah diam-diam kau cintai, berkatilah dia.<br />Karena saat kau mencintainya, bukankah berharap ia bahagia ?<br /><br />Saat bertemu orang yang tergesa-gesa meninggalkanmu, berterima-kasihlah bahwa ia pernah ada dalam hidupmu.<br />Karena ia adalah bagian dari nostalgiamu<br /><br />Saat bertemu orang yang pernah salah-paham padamu, gunakan saat tersebut untuk menjelaskannya.<br />Karena engkau mungkin hanya punya satu kesempatan itu saja untuk menjelaskan<br /><br />Saat bertemu orang yang saat ini menemanimu seumur hidup, berterima-kasihlah sepenuhnya bahwa ia mencintaimu.<br />Karena saat ini kalian mendapatkan kebahagiaan dan cinta sejati. </div>Ronny Wibowo Liehttp://www.blogger.com/profile/14521141129262495067noreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-1068691755223423512.post-78493331112410313292012-07-23T12:11:00.005+07:002012-07-23T12:11:45.908+07:00Garam dan Telaga<div style="text-align: justify;">
Di sebuah dusun yang sunyi, tenang dan damai, ada seorang kakek bijak
mendiami dusun tersebut, tak ada yang menemani sang kakek tinggal, ia
hanya hidup sebatang kara, namun ia tetap men syukuri kehidupannya ,
maka tak heran beberapa peduduk dusun itu menjuluki si kakek itu dengan
julukan si Kakek Bijak, karena petuahnya banyak mengandung arti
bagaimana harus bersikap dan berprilaku dalam kehidupan ini.<br /><br />Pada
suatu pagi, datanglah seorang anak muda dusun yang sedang dirundung
banyak masalah, langkahnya gontai, raut mukanya ruwet, seakan harapan
tak lagi mau berpihak lagi kepadanya, tatap mata kosong, sehingga
guratan secercah harapan tak tampak sedikitpun di wajahnya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br />Sosok itu
mengejutkan si Kakek Bijak yang sendari tadi, asyik dengan menganyam
bambu untuk dibuat peralatan rumah tangga, karena dengan keahliannya itu
ia tetap bertahan untuk hidup, hasil kerja dan jerih payahnya itu ia
jual ke pasar dusun terdekat.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br />Tanpa membuang waktu pemuda itu
menceritakan semua permasalahnya yang ia hadapi, karena ia percaya si Kakek Bijak pasti akan memberikan jalan keluarnya dari permasalahannya
itu. Dan dengan bijaksana si kakek mendengarkan curahan hati pemuda itu
dengan seksama.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br />Setelah selesai si pemuda itu menceritakan
kesukarannya, si Kakek Bijak hanya tersenyum sambil menganggukkan
kepalanya, lalu ia berjalan menuju ke dapur yang tak jauh dari tempat
duduknya itu, ia mengambil segenggam garam dan segelas air. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Anak muda
cobalah kau taburkan garam ini kedalam segelas air yang aku bawa ini dan
aduklah air dan garam ini, “ pinta si kakek bijak.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Tanpa pikir panjang
lagi si pemuda itu menaburkan garam ke dalam gelas, lalu diaduknya
perlahan-lahan. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Sudah kek ! Aku sudah aduk rata sekali garam dengan
air ini ujar si pemuda itu. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Ehmm….,cobalah kau minum larutan itu dan
katakan bagaimana rasanya”, ujar Kakek Bijak itu.<br /><br />“Pahit.., asin
tak karuan rasanya, Kek …”, jawab pemuda itu sambil ia meludah
ke samping tak kuasa menahan rasa yang tak enak dari larutan itu.<br /><br />Kakek Bijak sedikit tersenyum. Lalu ia mengajak si pemuda itu berjalan ke
tepi sebuah telaga yang tak jauh dari tempat tinggalnya. Kedua orang itu
berjalan berdampingan dan akhirnya sampailah mereka di tepi telaga yang
tenang.<br /><br />Kakek itu kembali menaburkan segenggam garam ke dalam
telaga dan dengan sepotong kayu dari rerutuhan pohon, ia membuat
gelombang-gelombang dari adukan-adukan itu yang menciptakan riak-riak
air di telaga. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Coba ambil air dari telaga ini dan minumlah,” perintah Kakek Bijak. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Saat pemuda itu selesai meneguk air telaga, si kakek bijak,
kembali bertanya, “Bagaimana rasanya ?”<br /><br />“Segar dan nyaman sekali
di tenggorokanku ini, ” sahut pemuda itu. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Apakah kamu merasakan garam
di dalam air itu ?” tanya Kakek Bijak lagi. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Tidak, ” jawab si pemuda.<br /><br />Dengan
kasih sayang dan bijaksannya, Kakek Bijak menepuk-nepuk punggung pemuda
itu, ia lalu mengajaknya duduk berhadapan, bersimpuh disamping telaga
itu. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Anak muda ! Dengarlah, pahitnya kehidupan itu adalah layaknya
segenggam garam, tidak lebih dan tidak kurang. Jumlah dan rasa pahit itu
adalah sama dan memang akan tetap selalu sama.”<br /><br />“Tapi, kepahitan
yang kita rasakan akan sangat tergantung dari wadah yang kita miliki.
Kepahitan itu akan didasarkan dari perasaan tempat kita meletakkan
segalanya. Itu semua akan tergantung pada hati kita. Jadi saat kamu
merasakan kepahitan dan kegagalan dalam hidup, hanya ada satu hal yang
bisa kamu lakukan. Lapangkanlah dadamu menerima semuanya. Luaskanlah
hatimu untuk menampung setiap kepahitan itu.”<br /><br />Kakek bijak itu
kembali memberi nasehat, “Hatimu, adalah wadah itu. Perasaanmu adalah
tempat itu. Kalbumu adalah tempat kamu menampung segalanya. Jadi,
jangan jadikan hatimu itu seperti gelas. Buatlah laksana telaga yang
mampu meredam setiap kepahitan dan merubahnya menjadi kesegaran dan
kebahagiaan.”<br /><br />Akhirnya setelah mendapat petuah dari kakek bijak,
si pemuda menyadari kenyataan kehidupan yang memang penuh dengan jalan
yang berliku-liku.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br />Keduanya lalu beranjak pulang. Mereka sama-sama
belajar hari itu, belajar memaknai kehidupan yang ada kala kita di atas
dan adakalanya di bawah bagai roda pedati.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br />Setiap orang pasti
mengalami keterpurukan dalam kehidupan , namun keterpurukan itu
hendaknya bukan menjadi hambatan dan vonis tak akan dapat mencapai lagi
apa yang kita harapkan dan hendaknya keterpurukan seharus menjadi cambuk
semangat untuk meraih lagi yang terlepas dari harapan kita.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Jadi pergunakanlah waktu
yang selama kita masih bisa bernafas dalam kehidupan ini lakukan dengan
kesungguhan dan melepas segala belenggu kemalasan dalam diri.
</div>Ronny Wibowo Liehttp://www.blogger.com/profile/14521141129262495067noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-1068691755223423512.post-88531310057762262362012-06-20T10:41:00.001+07:002012-06-20T10:46:25.054+07:00Kegagalan<div style="text-align: center;">
<span style="font-size: small;"><b>Roma 5:1-5</b></span></div>
<div style="text-align: center;">
<span style="font-size: small;"><i>Sebab itu, kita yang dibenarkan
karena iman, kita hidup dalam damai sejahtera dengan Allah oleh karena
Tuhan kita, Yesus Kristus. Oleh Dia kita juga beroleh jalan masuk oleh
iman kepada kasih karunia ini. Di dalam kasih karunia ini kita berdiri
dan kita bermegah dalam pengharapan akan menerima kemuliaan Allah. Dan
bukan hanya itu saja. Kita malah bermegah juga dalam kesengsaraan kita,
karena kita tahu, bahwa kesengsaraan itu menimbulkan ketekunan, dan ketekunan
menimbulkan tahan uji dan tahan uji menimbulkan pengharapan. Dan
pengharapan tidak mengecewakan, karena kasih Allah telah dicurahkan di
dalam hati kita oleh Roh Kudus yang telah dikaruniakan kepada kita.</i></span></div>
<div style="text-align: center;">
<span style="font-size: small;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: verdana,geneva;">Semua orang yang berhasil dalam hidupnya adalah orang-orang yang pernah mengalami kegagalan. Kuncinya yaitu mereka tidak putus asa. Mereka tidak berhenti mencoba, tetapi terus berusaha. Kegagalan tidak membuat seseorang “<b>gagal</b>”, kecuali ia menyerah dan berhenti mencoba.</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: verdana,geneva;">Tahukah Anda bahwa <b>Walt Disney</b>,
pencipta dan pendiri Disneyland, pernah dikeluarkan dari pekerjaan
karena kekurangan ide? Usahanya bangkrut berkali-kali sebelum akhirnya
ia membangun Disneyland.</span></span><br />
</div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: verdana,geneva;"><b>Albert Einstein</b>,
orang yang paling jenius di dunia, mulai dapat berbicara ketika ia
telah berumur 4 tahun. Ia mulai dapat membaca ketika berumur 7 tahun.
Gurunya di sekolah menilainya sebagai seorang anak yang lambat, tidak
dapat bergaul, dan suka melamun. Ia juga pernah dikeluarkan dari Zurich
Polytechnic School.</span></span><br />
</div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: verdana,geneva;">Ketekunan adalah unsur yang penting untuk mencapai kesuksesan. Kesuksesan biasanya tidak terjadi seketika, tetapi melalui banyak proses kegagalan. Semakin kita tekun dan mau belajar dari kegagalan kita, semakin dekat kita kepada kesuksesan.</span></span></div>
<div style="text-align: center;">
<span style="font-size: small;"><br /></span><br />
<div style="text-align: center;">
<span style="font-size: small;"><span><span style="font-family: verdana,geneva;"><strong>Seorang pemenang bukanlah orang yang tidak pernah <b>gagal</b> </strong></span></span></span></div>
<div style="text-align: center;">
<span style="font-size: small;"><span><span style="font-family: verdana,geneva;"><strong>tapi tidak pernah menyerah.</strong></span></span></span></div>
<div style="text-align: center;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
<span style="font-size: x-small;"><span style="font-family: verdana,geneva;"><strong><span style="font-size: x-small;"><i><span style="font-weight: normal;">source: http://www.jawaban.com/index.php/spiritual/main_daily_update/date/2012-06-13 </span></i></span></strong></span></span></div>
</div>Ronny Wibowo Liehttp://www.blogger.com/profile/14521141129262495067noreply@blogger.com4tag:blogger.com,1999:blog-1068691755223423512.post-47130193793487796102012-06-20T10:31:00.002+07:002012-06-20T10:32:05.740+07:00Semua Punya Masalah<div style="text-align: justify;">
Ada seorang perempuan yang merasa sangat kehilangan saat ditinggal
mati suami yang sangat dicintainya. Demikian besar rasa cintanya,
sehingga ia memutuskan untuk mengawetkan mayat suaminya dan
meletakkannya di dalam kamar. Setiap hari, dia menangisi suaminya yang
telah menemaninya bertahun-tahun. Wanita itu merasa dengan kematian
suaminya, maka tidak ada lagi makna dari hidup yang dijalaninya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Cerita tentang wanita itu terdengar oleh seorang pria bijak yang juga
terkenal memiliki kesaktian yang tinggi. Didatanginya wanita tersebut,
dan dia mengatakan bisa menghidupkan kembali suaminya. Dengan syarat dia
meminta disediakan beberapa bumbu dapur yang mana hampir setiap rumah
memilikinya. Namun, ada syarat lain, bumbu dapur tersebut harus diminta
dari rumah yang anggota keluarganya belum pernah ada yang meninggal
dunia sama sekali.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Mendengar hal itu, muncul semangat di hati sang wanita tersebut. Dia
berkeliling ke semua tetangga dan berbagai penjuru tempat. Setiap rumah
memiliki bumbu dapur yang diminta oleh si orang bijak, tapi setiap rumah
mengaku pernah mengalami musibah ditinggal mati oleh kerabatnya. Entah
itu orang tua, suami, nenek, kakek, adik, bahkan ada yang anaknya sudah
meninggal.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Waktu berjalan dan tidak ada satu pun rumah yang didatanginya bisa
memenuhi syarat yang dibutuhkan. Hal ini menjadikan wanita tersebut
sadar, bahwa bukan hanya dirinya yang ditinggal mati oleh orang yang
disayanginya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Akhirnya, dia kembali mendatangi si orang bijak dan
menyatakan pasrah akan kematian suaminya. Hingga kemudian dia
menguburkan mayat suaminya, dan menyadari bahwa semua orang pasti pernah
mengalami masalah sebagaimana yang dihadapinya</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="color: #38761d; text-align: justify;">
<i><b>Pesan dari kisah di atas adalah, jangan pernah menganggap bahwa
masalah yang ada pada kita merupakan masalah yang paling besar, sehingga
kita mengorbankan waktu hanya untuk terus meratapi musibah tersebut.
Yakinlah, bahwa semua orang di dunia ini pernah mengalami masalah,
apapun bentuknya. Yang membedakan adalah bagaimana seseorang menghadapi
dan menyikapi masalah yang ada pada dirinya.</b></i></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: x-small;"><i>source: http://www.ceritakristen.org/semua-punya-masalah </i></span></div>Ronny Wibowo Liehttp://www.blogger.com/profile/14521141129262495067noreply@blogger.com3tag:blogger.com,1999:blog-1068691755223423512.post-23045978805883958782012-06-20T10:28:00.004+07:002012-06-20T10:28:47.542+07:00Bekerja Adalah Melayani<div style="text-align: justify;">
Suatu malam ada seorang pria tua dengan istrinya masuk sebuah lobi hotel kecil di Philadelphia.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Semua hotel besar di kota ini telah terisi, bisakah kau beri kami
satu kamar saja?” kata pria tua itu. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Pegawai hotel menjawab “Semua kamar
telah penuh karena ada 3 event besar yang bersamaan diadakan di kota
ini, tapi sepertinya saya tidak dapat membiarkan pasangan yang baik
seperti Anda untuk kehujanan di luar sana pada jam satu dini hari
seperti ini. Bersediakah Anda berdua tidur di kamar saya..?”</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Keesokan harinya pada saat membayar tagihan, pria tua itu berkata
pada si pegawai hotel “Kamulah orang yang seharusnya jadi bos sebuah
hotel terbaik di USA, karena kamu melakukan pekerjaanmu dengan hati yang
mau melayani, mungkin suatu hari saya bangun sebuah hotel untukmu”.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Pegawai hotel itu hanya tersenyum melupakan kata-kata pria tua itu,
karena dia pikir dirinya hanya seorang pegawai biasa.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Kira-kira dua tahun kemudian, dia menerima surat yang berisi tiket ke
New York permintaan agar dia menjad tamu pasangan tua tersebut.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Setelah berada di New York, pria tua tersebut mengajak pegawai hotel
itu ke sudut jalan antara Fifth Avenue Thirty-Fourth Street, dimana dia
tunjuk sebuah bangunan baru yang luar biasa megah dan katakan “Itulah
hotel yang saya bangun untuk kamu kelola”.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Pegawai hotel itu adalah George Charles Boldt, yang terima tawaran
William Waldorf Astor, si pria tua itu untuk menjadi pimpinan dari hotel
Waldorf-Astoria, yg merupakan hotel terbaik di dunia.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="color: blue; text-align: justify;">
Ternyata sikap dalam bekerja sangat menentukan keberhasilan. Bila
bekerja hanya untuk mencari uang semata, maka hasil yang diperoleh
akan biasa saja. Namun jika “BEKERJA DGN HATI” yang mau “MELAYANI”
orang lain, dengan motivasi bahwa lewat pekerjaan harus memberi dampak
dan “BERKAT” orang lain, maka akan memperoleh hasil yang luar
biasa..!!!</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: x-small;"><i>source: http://www.ceritakristen.org/bekerja-adalah-melayani </i></span></div>Ronny Wibowo Liehttp://www.blogger.com/profile/14521141129262495067noreply@blogger.com2