Prajurit, Atlit dan Petani

Bila kita memperhatikan setiap Firman Tuhan, maka Tuhan akan memberikan kepada kita pengertian dalam segala sesuatu, dan kita dapat melakukannya sehingga kitapun memperoleh kemenangan demi kemenangan. Allah menghendaki kita menjadi kuat oleh kasih karunia dalam Kristus Yesus, jangan kita menjadi orang Kristen yang biasa-biasa saja, tetapi harus memiliki suatu kekuatan ekstra, karena Allah kita kuat dahsyat, besar dan luar biasa.

Salah satu kunci untuk dapat menjadi kuat adalah, setelah kita mendengar Firman Tuhan, jangan kita simpan hanya untuk diri sendiri saja, tetapi harus kemudian dibagikan dan diberitakan kembali kepada orang lain dengan pimpinan Roh Kudus. Bila kita terus menerus memberitakan Firman Tuhan, maka kita justru akan bertambah kuat, karena apa yang kita bicarakan bukan sesuatu yang kosong, tetapi tentang Injil yang adalah kekuatan Allah, suatu kebenaran Firman tuhan kepada orang lain dan menyalurkan serta mulai mempraktekkan karuni Roh kudus yang sudah kita terima.

Setelah kita menjadi kuat, maka kita akan dapat menjadi Prajurit yang baik didalam Kristus Yesus, seperti seorang Atlit dan seperti seorang Petani.

Prajurit yang baik didalam Kristus Yesus, II Timotius 2:3

Sebagai seorang prajurit, tidak boleh memusingkan diri sendiri dengan hal-hal pribadi, tetapi harus taat kepada sang komandan. Apapun yang harus kita hadapi dalam kehidupan kita, kita harus maju terus karena seorang prajurit harus merelakan keinginan dagingannya.
II Samuel 11:14-15, contoh seorang prajurit yang taat kepada atasannya, meskipun ia ditempatkan pada posisi yang berbahaya, tetapi ia melakukannya dengan nyawa sebagai taruhannya, dialah Uria. Kita sebagai prajurit-prajurit Allah, maka kitapun harus taat dan tunduk pada komandan kita, pemimpin kita yaitu Roh Kudus. Supaya kita dapat tunduk kepada Allah.
Sebagai prajurit Allah kita harus menghadapi musuh kita, bukan musuh darah dan daging tetapi roh-roh jahat penguasa udara, iblis, dan untuk dapat mengalahkan musuh, kita harus memiliki seluruh perlengkapan senjata Allah. Musuh utama kita adalah diri sendiri, dan segala bentuk kedagingan kita, seperti malas, malas untuk berdoa, malas untuk merenungkan Firman Tuhan, malas beribadah, malas bekerja dan sebagainya, juga perasaan diri yang paling benar, membenarkan diri sendiri, tidak mau mengakui kesalahan untuk kemudian bertobat dan sebagainya.
Jangan biarkan iblis mampu dan menguasai kita dengan hal-hal yang tampaknya baik dan menyenangkan. Jagai hati dan pikiran kita dari tipu muslihat iblis dan roh-roh jahat, kita harus proaktif, jangan samapai setelah diserang baru kita melakukan reaksi tetapi harus terlebih dahulu maju menyerang si iblis sebelum dia menyerang kita.
Bila kita berdoa, memuji menyembah Allah dan membaca Firman Tuhan, lakukan dengan konsentrasi yang penuh, apabila kita di gerakkan Roh Kudus untuk bermanifestasi, ikuti saja, biarkan Roh Kudus beracara dalam hidup kita, Dia sebagai pribadi ingin dihormati oleh kita. Konsentrasi penuh dalam menyembah Allah, sampai pintu gerbang kerajaan si iblis pun terdobrak dan iblis dibuat gemetar. Kita sebagai prajurit Allah harus selalau siap bertempur dan mampu menggertak si iblis.

Sebagai seorang Atlit yang memperoleh mahkota sebagai juara, II Timotius 2:5
Setiap kita yang sudah mengalami kelahiran baru, mau tidak mau kita harus masuk dalam gelanggang pertandingan dan tentu saja kita harus berusaha untuk dapat keluar sebagai juara dan memperoleh mahkota. I Korintus 9:25-27, tiap-tiap orang yang kuat ambil bagian dalam suatu pertandingan harus menguasai diri dalam segala hal, kita harus menguasai diri kita, seluruh tubuh kita jangan dipergunakan untuk hal yang sia-sia.
Kita harus mengontrol diri kita apakah sudah siap untuk berlari sampai pada tujuan dan memperoleh hadiah. Seperti seorang atlit kitapun harus mendisiplinkan diri seperti dalam hal makan, makanan kita adalah Firman Allah yang dapat membuat roh kita semakin besar. Makan Firman, tidak hanya membaca tetapi sampai Firman Allah itu sungguh-sungguh menjadi rhema bagi kita, kita harus mentaati peraturan yaitu Firman Tuhan dan hidup dipimpin Roh Kudus.

Seorang petani yang bekerja keras dan yang menikmati hasil usahanya, II Timotius 1:6
Sang petani adalah orang yang tekun dan merawat tanamannya dengan penuh kasih supaya menghasilkan buah yang lebat untuk dinikmati banyak orang. Demikian halnya dengan kita, harus menjadi orang yang penuh kasih, tidak egois, tetapi harus peduli pada orang lain.

Seorang petani dialah yang pertama kali menikmati hasil usahanya. Bila kita melayani Tuhan dan bekerja diladang Tuhan, kitapun yang pertama kali menikmati hasilnya, kita dapat mengerti dan merasakan betapa Allah kita luar biasa. Tuhan tidak hanya menyediakan berkat jasmani yang dapat kita nikmati, tetapi lebih lagi berkat rohani atau berkat surgawi yang sudah disediakan bagi kita orang-orang yang mengasihinya.


Seperti seorang Prajurit, Atlit dan Petani, mereka adalah tipe-tipe yang mau bekerja keras, militan dan tidak pernah takut gagal, rajin berlatih, punya tujuan yang jelas dan tidak terpengaruh oleh keadaan sekelilingnya. Kitapun harus demikian dalam melayani Tuhan dan bekerja di ladangnya, jangan kita memilah-milah pelayanan hanya dari luarnya saja dan tampak seperti terhormat, padahal karya Allah bisa bekerja melalui apa saja, jangan pernah batasi pekerjaan Allah, ikuti saja kemana kehendak Allah dalam kita melayani-Nya, bersikap seperti prajurit yang diperintahkan oleh komandannya, untuk masuk dan maju dalam medan peperangan.

Andalkan Tuhan, jangan andalkan kekuatan sendiri, mengandalkan kekuatan dan kedagingan kita hanya akan menyebabkan kita makin terjembab pada masalah yang sama, Marilah kita mulai untuk mecoba taat kepada Tuhan dalam segala hal, bersungguh-sungguh, berlari dengan tujuan yang pasti mencapai garis finish, keluar sebagai pemenang dan memperoleh hadiah mahkota yang dari Allah sudah disediakan bagi kita.
 

Perubahan Itu Dari Dalam

Seorang Maharaja akan berkeliling negeri untuk melihat keadaan rakyatnya. Ia memutuskan untuk berjalan kaki saja. Baru beberapa meter berjalan di luar istana kakinya terluka karena terantuk batu.

Ia berpikir, "Ternyata jalan-jalan di negeriku ini jelek sekali. Aku harus memperbaikinya."

Maharaja lalu memanggil seluruh menteri istana, Ia memerintahkan untuk melapisi seluruh jalan-jalan di negerinya dengan kulit sapi yang terbaik. Segera saja para menteri istana melakukan persiapan-persiapan. Mereka mengumpulkan sapi-sapi dari seluruh negeri.

Di tengah-tengah kesibukan yang luar biasa itu, datanglah seorang pertapa menghadap Maharaja. Ia berkata pada Maharaja, "Wahai Paduka, mengapa Paduka hendak membuat sekian banyak kulit sapi untuk melapisi jalan-jalan di negeri ini, padahal sesungguhnya yang Paduka perlukan hanyalah dua potong kulit sapi untuk melapisi telapak kaki Paduka saja."

Konon sejak itulah dunia menemukan kulit pelapis telapak kaki yang kita sebut "sandal".

Ada pelajaran yang berharga dari cerita itu. Untuk membuat dunia menjadi tempat yang nyaman untuk hidup, kadangkala, kita harus mengubah cara pandang kita, hati kita, dan diri kita sendiri, dan bukan dengan jalan mengubah dunia itu. Karena kita seringkali keliru dalam menafsirkan dunia. Dunia, dalam pikiran kita, kadang hanyalah suatu bentuk personal. Dunia, kita artikan sebagai milik kita sendiri, yang pemainnya adalah kita sendiri. Tak ada orang lain yang terlibat di sana, sebab seringkali dalam pandangan kita dunia adalah bayangan diri kita sendiri.

Ya, memang, jalan kehidupan yang kita tempuh masih terjal dan berbatu. Manakah yang kita pilih, melapisi setiap jalan itu dengan permadani berbulu agar kita tak pernah merasakan sakit, atau melapisi hati kita dengan kulit pelapis, agar kita dapat bertahan melalui jalan-jalan itu?