Mana Bisa Sembunyi ?

Jenny tergesa-gesa mencuci tangannya. Segera setelah itu, ia berlari ke kelas meninggalkan teman-temannya. Bocah berusia empat tahun ini membenamkan kepalanya ke dalam tas ransel besarnya. Tak lama kemudian, suaranya yang lantang membuat saya, yang saat itu berjalan melewati kelasnya yang terbuka, tercengang melihat ulahnya. "Ibu guru, aku sedang sembunyi!" Jenny berpikir jika kepalanya tidak terlihat, maka seluruh tubuhnya pun tidak akan terlihat!

Apa yang Jenny lakukan mengingatkan saya tentang Tuhan Yang Mahatahu. Tuhan mengenal dan menyelidiki kita (ayat 1). Dia tahu apa yang kita lakukan, yang juga dapat diketahui orang lain. Dia tahu keseharian hidup kita: duduk, berdiri, berjalan, berbaring (ayat 2-3). Ia bahkan tahu apa yang orang lain tidak tahu: sesuatu yang tersimpan dalam pikiran kita (ayat 2) serta perkataan yang belum keluar dari mulut kita (ayat 4). Benarlah apa yang pemazmur katakan bahwa kita tidak mungkin dapat bersembunyi dari hadapan-Nya.

Disadari atau tidak, mungkin adakalanya Anda dan saya bertingkah seperti Jenny. Kita berusaha menyembunyikan rapat-rapat kesalahan kita dari hadapan Tuhan. Kita berlari menjauh dari-Nya, berpikir bahwa kita dapat hidup tanpa berurusan dengan Tuhan. Betapa sia-sia hidup seperti itu! Pemahaman bahwa Tuhan Mahatahu seharusnya membuat kita tidak lagi berlari dan bersembunyi dari Tuhan, tetapi justru membawa diri kita untuk senantiasa dikenal dan diselidiki oleh Tuhan. Membuka diri untuk ditegur, diperbaiki, dan dibentuk semakin serupa dengan Kristus --SWS

source: http://www.alkitabku.com/id/daily-devotional?date=2012-01-10

Busuknya Kebencian

Seorang Ibu Guru taman kanak-kanak ( TK ) mengadakan “permainan”.

Ibu Guru menyuruh tiap-tiap muridnya membawa kantong plastik transparan 1 buah dan kentang.

Masing-masing kentang tersebut diberi nama berdasarkan nama orang yang dibenci, sehingga jumlah kentangnya tidak ditentukan berapa … tergantung jumlah orang-orang yang dibenci.

Pada hari yang disepakati masing-masing murid membawa kentang dalam kantong plastik. Ada yang berjumlah 2, ada yang 3 bahkan ada yang 5.

Seperti perintah guru mereka tiap-tiap kentang diberi nama sesuai nama orang yang dibenci.

Murid-murid harus membawa kantong plastik berisi kentang tersebut kemana saja mereka pergi, bahkan ke toilet sekalipun, selama 1 minggu.

Hari berganti hari, kentang-kentang pun mulai membusuk, murid-murid mulai mengeluh, apalagi yang membawa 5 buah kentang, selain berat baunya juga tidak sedap.

Setelah 1 minggu murid-murid TK tersebut merasa lega karena penderitaan mereka akan segera berakhir.

Ibu Guru: “Bagaimana rasanya membawa kentang selama 1 minggu?”

Keluarlah keluhan dari murid-murid TK tersebut, pada umumnya mereka tidak merasa nyaman harus membawa kentang-kentang busuk tersebut ke manapun mereka pergi.

Guru pun menjelaskan apa arti dari “permainan” yang mereka lakukan. Ibu Guru: “Seperti itulah kebencian yang selalu kita bawa-bawa apabila kita tidak bisa memaafkan orang lain.

Sungguh sangat tidak menyenangkan membawa kentang busuk kemana pun kita pergi.

Itu hanya 1 minggu. Bagaimana jika kita membawa kebencian itu seumur hidup? Alangkah tidak nyamannya..