Duri

Sandra masuk ke dalam toko bunga dengan langkah berat. Ia sedang mengalami hal berat dalam kehidupannya. Ketika ia sedang hamil empat bulan pada kehamilannya yang kedua, sebuah kecelakaan mobil merengut nyawa janinnya.

Pada minggu "Thanksgiving" ini, ia mungkin akan melahirkan seorang putra jika kecelakaan itu tidak terjadi. Ia sangat sedih, benar-benar terpukul atas kejadian itu. Tetapi sepertinya kedukaan yang ia alami itu belumlah cukup. Perusahaan tempat suaminya bekerja, menugaskan suaminya untuk bekerja di bagian cabangnya di luar kota. Kemudian, adik perempuannya yang selalu berkunjung saat masa liburan datang, tiba-tiba menghubunginya karena ia tidak dapat berkunjung pada liburan kali ini.

Tidak cukup sampai di situ. Teman Sandra menasehatinya dengan mengatakan bahwa segala kedukaan yang ia alami adalah jalan Tuhan untuk mendewasakannya sehingga ia dapat bersikap lebih tenggang rasa terhadap penderitaan orang lain.

"Ia tidak tahu apa yang aku rasakan," pikir Sandra dengan lirih.

"Thanksgiving? Berterima kasih untuk apa?" pikirnya. Untuk supir truk yang ceroboh, yang menyerempet mobilnya dengan sangat keras? Untuk kantong udara penyelamat yang menyelamatkan hidupnya, tetapi mengambil hidup bayinya?

"Selamat siang, bisa saya bantu?" Secara tiba-tiba Sandra berhenti dari lamunannya.

"Aku... aku membutuhkan persiapan untuk Thanksgiving," jawab Sandra dengan gagap.

"Untuk Thanksgiving? Apakah kamu ingin suatu hal yang indah, tetapi sederhana, ataukah kamu ingin menghadirkan situasi yang berbeda seperti pilihan pelanggan di sini, yang kusebut sebagai 'Thanksgiving istimewa'?" tanya penjaga toko.

"Aku yakin bunga-bunga itu menceritakan sesuatu dalam kehidupanmu," lanjutnya.

"Apakah kamu mencari sesuatu yang bisa menyampaikan rasa terima kasihmu pada hari Thanksgiving ini?"

"Tidak juga!" celetuk Sandra. "Dalam lima bulan terakhir ini, semua yang terjadi benar-benar menjadi sangat buruk."

Sandra menyesali ucapannya tadi dan ia sangat terkejut ketika penjaga toko itu berkata, "Aku telah mempersiapkan sesuatu untukmu di hari Thanksgiving ini."

Pada saat itu, bel pintu toko berbunyi, dan penjaga toko menyalami seorang pelanggan yang baru saja masuk.

"Hai, Barbara... tunggu sebentar yah, aku ambilkan pesananmu."

Penjaga toko itu masuk ke dalam, menuju ruang kerjanya, kemudian muncul kembali sambil membawa berbagai macam persiapan untuk Thanksgiving, seperti tanaman hijau, pita-pita, dan tangkai bunga mawar duri yang panjang. Anehnya, hanya tangkainya saja, tidak ada bunganya.

"Mau dimasukkan ke dalam kotak?" tanya penjaga toko.

Sandra mengamati reaksi pelanggan itu. Apakah ini hanya lelucon? Siapa yang mau tangkai mawar tanpa bunganya! Ia menunggu seseorang tertawa, tetapi wanita itu tidak tertawa.

"Iya, tolong yah," jawab Barbara dengan tersenyum.

"Aku kira setelah tiga tahun mengalami Thanksgiving yang istimewa, aku tidak akan tersentuh dengan nilai dari Thanksgiving ini, tetapi aku bisa merasakannya di sini," Barbara berkata sambil menyentuh dadanya. Dan ia pergi dengan pesanannya.

"Uh," gumam Sandra, "wanita itu telah pergi dengan... uh, ia telah pergi tanpa bunga!"

"Baiklah," kata penjaga toko, "Aku akan memotong bunga ini dari tangkainya. Itulah Thanksgiving istimewa. Aku menyebutnya sebagai 'Karangan Bunga Berduri Thanksgiving'."

"Ayolah, kau tidak bisa menyebutkan siapa yang bersedia membayar untuk tangkai bunga seperti itu!" seru Sandra.

"Barbara datang ke toko ini tiga tahun yang lalu dengan perasaan yang sama seperti yang kau alami sekarang ini," si penjaga toko menjelaskan.

"Ia berpikir tidak perlu banyak berterima kasih kepada Tuhan. Ia telah kehilangan ayahnya karena penyakit kanker, bisnis keluarganya juga sedang buruk, putranya terlibat dalam masalah obat-obatan, dan ia tengah menghadapi operasi pembedahan yang sangat serius."

"Pada tahun yang sama, aku kehilangan suamiku," lanjut si penjaga toko, "Dan untuk pertama kalinya dalam kehidupanku, aku menghabiskan liburan sendirian. Aku tidak memiliki anak, suami, kerabat dekat, dan memiliki banyak utang."

"Jadi apa yang kau lakukan?" tanya Sandra.

"Aku belajar untuk berterima kasih atas segala penderitaanku," jawab penjaga toko itu dengan pelan.

"Dulu aku selalu bersyukur kepada Tuhan atas segala hal yang baik dalam kehidupanku dan tidak pernah mempertanyakan mengapa hal yang terbaik terjadi kepadaku. Tetapi, ketika hal yang buruk menimpaku, aku mempertanyakan berbagai pertanyaan kepada Tuhan, aku menyalahkan Tuhan, aku marah kepada Tuhan! Aku membutuhkan waktu lama untuk mengerti dan mempelajari bahwa saat-saat sulit dan penuh penderitaan sangatlah penting. Saat kita menderita itulah, kita memperoleh kekuatan. Aku selalu terlena dengan ‘bunga' kehidupanku, tetapi ternyata ‘duri' kehidupankulah yang memperlihatkan kepadaku keindahan dari anugerah Tuhan. Kau tahu, dalam Alkitab tertulis bahwa Tuhan selalu menghibur kita ketika kita menderita. Tuhan memberikan kepada kita kekuatan, dan dari penghiburanNya lah kita belajar untuk menghibur orang lain."

Sandra mulai berpikir tentang perkataan temannya yang mencoba untuk menghiburnya. "Aku rasa yang benar adalah aku tidak perlu dihibur. Aku telah kehilangan bayiku dan aku marah terhadap Tuhan."

Pada saat itu juga seseorang masuk ke dalam toko.

"Hey, Phil!" teriak penjaga toko kepada seorang pria botak bertubuh gemuk.

"Istriku memintaku untuk mengambil pesanan Thanksgiving istimewa. Dua belas tangkai duri!" canda Phil ketika si penjaga toko menyerahkan sebuah bungkusan persiapan Thanksgiving.

"Semuanya itu untuk istrimu?" tanya Sandra ragu.

"Apakah kau keberatan jika aku bertanya mengapa ia menginginkan sesuatu seperti itu pada hari Thanksgiving?"

"Tidak... bahkan aku sangat senang kau bertanya," jawab Phil.

"Empat tahun lalu, aku dan istriku hampir bercerai. Setelah empat puluh tahun, kami berada dalam keadaan yang kacau. Tetapi dengan kasih Tuhan dan bimbinganNya, kami berhasil mengatasi masalah demi masalah. Tuhan telah menyelamatkan pernikahan kami. Jenny inilah (sang penjaga toko) yang mengatakan kepadaku bahwa ia menyimpan vas bunga yang berisikan tangkai bunga mawar untuk mengingatkan kepadanya apa yang ia pelajari dari saat-saat 'berduri' dalam kehidupannya, dan itu sangat menolongku. Aku membawa beberapa tangkai bunga mawar ke rumah. Lalu aku dan istriku memutuskan untuk menamai setiap tangkai bunga dengan masalah yang kami hadapi. Kami berusaha untuk mengerti maksud dari masalah itu, dan ternyata ‘duri-duri' yang kami alami itu benar-benar memberikan kekuatan kepada kami. Kami berterima kasih kepada Tuhan atas pelajaran dari masalah itu."

Setelah Phil membayar penjaga toko itu, ia berkata kepada Sandra, "Aku sangat menyarankan agar kau mengambil yang 'istimewa'"

"Aku tidak mengetahui apakah aku bisa bersyukur atas ‘duri' kehidupanku," kata Sandra. "Semua ‘duri' itu masih sangat baru."

"Baiklah," jawab penjaga toko itu dengan hati-hati.

"Pengalamanku telah menunjukkan kepadaku bahwa ‘duri' dalam kehidupan kita telah membuat ‘bunga-bunga' kehidupan kita lebih berharga. Kita menyimpan anugerah Tuhan lebih baik selama kita berada dalam masalah dibandingkan dengan saat-saat lain. Ingat, karena mahkota duri yang Yesus kenakanlah sehingga kita dapat mengalami kasihNya. Jangan menyesali ‘duri-duri' kehidupanmu. ‘Duri-duri' kehidupanmu itulah yang membentukmu dan memberimu kekuatan."

Air mata mengalir deras di pipi Sandra. Untuk pertama kalinya sejak kecelakaan itu, ia menghilangkan duka dan penyesalannya.

"Aku akan mengambil dua belas tangkai bunga berduri, tolong yah...." ia berkata sambil terisak-isak.

"Baiklah, aku akan menyiapkan mereka dalam beberapa menit," jawab penjaga toko itu dengan ramah.

"Terima kasih. Berapa semua biayanya?"

"Tidak ada. Tidak ada, yang ada hanya sebuah janji bahwa kau akan mengijinkan Tuhan untuk menyembuhkan hatimu. Biarkan aku membelikanmu barang persiapan untuk Thanksgiving istimewa pertamamu."

Penjaga toko itu tersenyum dan menyerahkan sebuah kartu kepada Sandra. "Aku selipkan kartu ini dalam barang-barang persiapan Thanksgiving, tetapi mungkin kau ingin membacanya terlebih dahulu."

Di dalam kartu itu tertulis: "Tuhanku, aku belum pernah bersyukur kepadaMu untuk semua ‘duri'ku. Aku berterima kasih kepadaMu atas segala bunga kehidupan yang kuterima, tetapi belum pernah sekalipun aku berterima kasih untuk penderitaanku. Ajarilah aku untuk menanggung beban salibku dengan tabah, ajarilah aku untuk menghargai nilai yang terkandung dari setiap penderitaan atau ‘duri' yang kuhadapi. Tunjukkanlah kepadaku, bahwa lewat jalan yang sulit, menderita, dan jalan yang penuh dengan kerikil, setiap hari aku semakin bertambah dekat denganMu. Tunjukkanlah kepadaku, ya Tuhan, lewat air mataku, warna pelangiMu yang sangat indah."

Pujilah Nama-Nya untuk segala ‘bunga' kehidupanmu, berterima kasihlah kepadaNya untuk semua ‘duri' yang kau peroleh!

sumber: jawaban.com

Kisah Sebuah Kesetiaan

Matius 25:23
Maka kata tuannya itu kepadanya: Baik sekali perbuatanmu itu, hai hambaku yang baik dan setia, engkau telah setia memikul tanggung jawab dalam perkara yang kecil, aku akan memberikan kepadamu tanggung jawab dalam perkara yang besar. Masuklah dan turutlah dalam kebahagiaan tuanmu.

Cerita kesetiaan seekor anjing pada tuannya seringkali menyentuh hati. Di Jepang ada legenda seekor anjing yang setia menemani tuannya, Prof. Dr. Elisaburo Ueno, guru besar di Universitas Tokyo. Awalnya, Hachiko, anjing itu diajak mengantar dan menjemput tuannya di sebuah stasiun kereta api. Setiap hari, Hachiko selalu menunggu dengan setia kedatangan profesor. Suatu saat, tahun 1925, sang profesor tidak muncul di stasiun kereta karena meninggal di tempat mengajar. Namun Hachiko, dengan kesetiaan luar biasa tetap menanti hingga tengah malam. Keesokannya, lusa, dan bahkan dikisahkan seterusnya selama 10 tahun, ia terus menunggu. Suatu saat, Hachiko tertabrak dan mati seketika. Kisah ini sangat mengharukan masyarakat Jepang sehingga mereka mengabadikannya dengan mendirikan patung anjing.

Pelajaran apa yang dapat kita ambil dari kisah ini? Matius 25:23 adalah gambaran kerinduan Allah akan kesetiaan anak-anak-Nya. Kesetiaan yang bukan didasari oleh motivasi yang salah misalnya ingin berkat, tetapi murni karena mengasihi Allah. Allah tidak mengidentifikasikan hamba yang setia sebagai orang serba bisa dalam pekerjaannya, tapi lebih kepada kesetiaan atau ketekunan seorang hamba dalam melayani karena kasih. Sudahkah anda setia atas apa yang Allah percayakan kepada anda dengan alasan yang benar? Setialah pada hal kecil agar dipercaya Allah untuk perkara yang besar.

sumber: jawaban.com

Biarkan Tuhan Mengemudikan Hidup

Kita tidak pernah mempertanyakan ke mana supir bus kota yang kita tumpangi akan membawa busnya. Tetapi kita sering mempertanyakan Tuhan, kemana Dia akan membawa hidup kita.

"Seorang ayah mengajak puterinya, Asa 6 tahun, mengendarai mobil menuju ke sebuah museum. Sudah lama Asa menginginkannya. Si Ayah kebetulan hari itu mengambil cuti dan sengaja mengantar anaknya ke tempat yang sudah lama diimpikan Asa itu tanpa didampingi Bunda.

Di perjalanan, tak hentinya Asa bertanya kepada si Ayah:

"Ayah tahu tempatnya?", tanya Asa yangduduk di samping kemudi Ayah.

"Tahu, jangan kuatir ...", jawab Ayah sembari tersenyum.

"Emang Ayah tahu jalan-jalannya?"

"Tahu, jangan kuatir ..."

"Benar, tidak kesasar Ayah?"

"Benar, jangan kuatir ...", jawab Ayah tetap dengan sabar.

"Nanti kalau Asa haus, bagaimana?"

"Tenang, nanti Ayah beli air mineral ..."

"Terus kalau lapar?"

"Tenang, Ayah ajak mampir Asa kerestoran ..."

"Emang ayah tahu tempat restorannya?"

"Tahu, sayang."

"Emang ayah bawa cukup uang?"

"Cukup, sayang ..."

"Kalau Asa pengin ke kamar kecil?"

"Ayah antar sampai depan pintu toilet wanita ..."

"Emang di musium ada toiletnya?"

"Ada, jangan kuatir ..."

"Ayah bawa tissue juga?"

"Bawa, jangan kuatir ...", kata ayah sembari membelokkan mobilnya masuk jalan tikus, karena macet.

"Kok Ayah belok ke jalan jelek dan sempit begini?"

"Ayah cari jalan yang lebih cepat, supaya Asa bisa menikmati museum lebih lama nanti."

Tidak berapa lama, Asa kemudian tidak bertanya-tanya lagi. Giliran sang Ayah yang bingung, "Kenapa Asa diam, sayang?"

"Ya, Asa percaya Ayah deh! Ayah pasti tahu, akan antar dan bantu Asa nanti!"

Kita ini seperti Asa si anak kecil ini. Kita bertanya banyak hal mengenai apa yang kita hadapi dan terjadi dalam hidup kita. Terlalu banyak khawatir apa yang akan kita hadapi. Padahal sesungguhnya Tuhan "sedang mengemudi" buat kita semua.

Kadang Ia membawa ke "gang sempit" yang barangkali tidak enak, tetapi itu semua untuk menghindari "kemacetan" di jalan yang lain. Kadang Ia memperlambat "kendaraan-Nya", kadang mempercepat. Semuanya ada maksudnya. Ada baiknya kalau kita menyerahkan hal-hal yang di luar jangkauan kita kepada-Nya. Biarkan Dia berkarya atas hidup Anda, biarkan Dia mengemudikan hidup Anda, sebaliknya fokuskan hidup Anda kepada hal-hal yang Anda bisa kerjakan didepan mata, dengan berkat kemampuan yang Anda sudah miliki.

Kisah Si Bejo

Salah satu kota di Jakarta yang bernama kota Depok, tinggallah sepasang suami istri yang sangat kaya raya, sebut saja Pak dan Bu Rejo. Pasangan suami istri ini di karuniai seorang anak lelaki yang diberi nama oleh mereka BEJO. Karena sewaktu Bu Rejo hamil, berkat yang di terima keluarga ini berlimpah ruah dan usaha pembuatan cendol Pak Rejo maju luar biasa, sehingga mampu mengangkat keluarga ini di jajaran elite orang-orang kaya di Jakarta. Apalagi sesudah anak ini lahir, usaha mereka semakin sukses dan mendunia, bahkan bisa mendirikan perusahaan Cendol dengan skala eksport / dunia.

Maka anak yang lahir ini di beri nama Bejo (dalam bahasa jawa artinya : beruntung, dalam bahasa inggris : lucky). Seiring dengan bertumbuhnya si Bejo yang sekarang sudah menjadi pemuda yang super keren dan tajir, kemana – mana bawa mobil Mercedes Bens seri terbaru, hapenya saja communicator bak direktur, kemana – mana juga menenteng laptop bak orang penting, baju dan seluruh accecories-nya bermerk semua, badannya tegap atletis,tinggi, putih bersih, sayang perut agak buncit karena kebanyakan makanan ala luar negeri, apalagi si Bejo ini lulusan luar negeri pula, bukan dari Amerika atau Eropa, tapi dari Universitas Ethiopia di Afrika, kata si Bejo kurang keren kalau kuliah di Amerika / Eropa gitu loh.

Karena kesibukan kedua orang tua si Bejo ini dalam mengurus perusahaan dan terlebih pasangan suami istri ini juga ikut kegiatan / pelayanan di Gereja, mereka tidak begitu tanggap dengan masalah-masalah yang sedang dihadapi oleh anaknya, yang terpenting dalam prinsip Pak dan Bu Rejo mereka akan selalu menuruti semua yang diminta anaknya, mau beli mobil, hape, dan segala macam pakaian, sepatu, bahkan celana dalam merek terkenal pun akan dibelikan.

Itu yang menjadikan keluarga ini tidak pernah bertemu muka meski mereka bertiga satu rumah. Pagi saat si Bejo masih tidur, Pak dan Bu Rejo udah berangkat ke kantor, malam Pak dan Bu Rejo pulang, gantian si Bejo pergi dengan teman-temannya pulang sampai malam. Paling-paling Bu Rejo telpon anaknya sekedar tanya atau memberi nasehat basi, "Bejo jangan mabuk-mabukan yah, apalagi narkoba, hati-hati di jalan, cepetan pulang."

Hanya kata-kata itu terus yang sering dan berulang–ulang si Bejo dengerin dari ibunya.

Sebetulnya ada ganjelan dalam hati si Bejo, terkadang dia merenung seorang diri sambil melihat ke arah cermin, dia pemuda kaya, keren, tinggi tegap, putih bersih, cuman ada satu yang membuat dia kurang pede yaitu bentuk hidungnya yang bak jambu monyet terbalik. Sehingga dia merasa kemanapun dia pergi, tak ada seorang cewe pun yang menengok kepadanya, paling-paling yang di tengok kalau bukan mobil, atau hapenya saja, plus dompetnya. Paling cewe-cewe pada berbisik-bisik bila si Bejo ini lewat, "Ihhh ganteng-ganteng kok hidungnya kaya jambu monyet yah."

Semakin lama semakin risau hati si Bejo ini, dia kemudian menyalahkan orang tuanya, terutama Pak Rejo, karena bentuk hidung jambu monyet itu turun dari bapaknya (like father, like Bejo) heheheheheh.

"Aduhhhhh ini semua gara-gara bapak, punya hidung aja kok ya jelek banget sih," begitu setiap si Bejo melihat ke cermin.

Tetapi si Bejo tidak ada tempat untuk melampiaskan kerisauan hatinya, kedua orang tuanya sibuk sendiri-sendiri. Oh ya si Bejo ini tidak pernah mau ke gereja, karena buat apa dia ke gereja, emang gereja bisa memberikan kekayaan seperti orang tuanya, begitu di dalam pikiran si Bejo. Apalagi pernah ada tamu dari gereja yang hadir dalam acara pembukaan kantor cabang baru, sedang berbisik-bisik dengan tamu yang lain mengenai kejelekan hidung si Bejo, dan ini kedengaran ama si Bejo, membuat dia memiliki akar kepahitan dengan orang–orang gereja. Sampai-sampai si Bejo punya niat akan operasi plastik hidungnya, tapi dia mengurungkan niatnya karena biaya terlalu mahal.(kalau mau cari murah ya pakai plastik kresek kata temannya, hehehehehhe).

Di hari sabtu tak kala si Bejo hendak pulang dari berenang, dia memacu mobilnya dengan kencang kearah jln Sudirman, dan berniat makan di daerah Thamrin. Karena jalanan agak macet, maka si Bejo pelan-pelan mengendarai mobilnya. Sambil tengok kanan tengok kiri mencari ruang kosong untuk mobilnya, tatapan mata si Bejo tertegun tak kala dia melihat seorang gadis cantik,anggun dan kalem (bukan *Ka*ya*Lem*bu loh) sedang berdiri dihalte bis, namun tiba – tiba bunyi klakson mobil belakang yang kencang membuat si Bejo tersentak kaget dari lamunannya, dan buru-buru si Bejo menghentikan mobilnya di jalur lambat. Setelah dia parkir mobilnya dia cepat-cepat menghampiri gadis yang sedang menunggu di halte.

Dengan perasaan deg-degan campur malu, campur takut, si Bejo memberanikan diri untuk berkenalan dengan gadis tersebut, dan si Bejo benar-benar sudah lupa akan bentuk hidungnya (karena sudah tersepona).

"Eeee, anu, eeeeee, " tidak ada satu katapun yang keluar dari mulut si Bejo ketika dia sudah didekat dengan gadis itu.

"Ih ngapain sih anak ini, kok seperti orang bingung, " begitu pikir si gadis.

"Anu, eeeee, "si Bejo masih terkunci mulutnya, dan terdengar keras detak jantung si Bejo.

"Ada apa sih mas?" tanya si gadis.

Blarrrrr, seakan meledak dan terbuka sudah mulut si Bejo, dia langsung memberanikan diri untuk mengajak kenalan.

"My name is Bejo" dan gadis itu menjawab, "Liana"

Sewaktu si Bejo menyodorkan tangan kanannya untuk bersalaman, alangkah kagetnya si Bejo tak kala si Liana menyodorkan tangan kanannya pula, sebab lengan itu tidak ada pergelangan tangannya, alias bunting eh buntung. Karena si Bejo sudah terlanjur menyodorkan tangannya, dan tidak mau membuat gadis ini tersinggung, si Bejo tetap meremas pergelangan gadis itu, sambil berkata, "maaf saya tidak tahu."

Tapi jawaban si gadis ini membuat hati si Bejo semakin tersepona dan seakan dia tertemplak begitu mendengar jawaban si gadis ini, "Oh ga papa kok, memang dari sejak lahir saya tidak memiki pergelangan tangan kanan, tapi Puji Tuhan saya masih memiliki tangan kiri dan sepasang kaki, sepasang mata, sepasang telinga, dan organ-organ tubuh lainya yang masih berfungsi."

Bak kesiram air panas, mulut si Bejo hanya bisa ternganga dan terbuka lebar, sampai seekor lalat pun bisa masuk ke dalamnya. Singkat cerita, Si Bejo mengantar gadis ini ke rumahnya di daerah Karawaci, sepanjang perjalanan Liana mengenalkan kasih Tuhan Yesus kepada si Bejo, dan dengan rela hati dan tulus si Bejo mau bertobat dan menerima Yesus sebagai Tuhan dan Juruslamatnya. Singkat cerita mereka berdua resmi berpacaran. Si Bejo merasa beruntung memiliki Liana sebagai pacarnya, karena diam-diam rupanya Liana tertarik dengan si Bejo bukan karena dia kaya, tapi karena bentuk hidung si Bejo yang bikin gemes dan bikin susah tidur. Akhirnya mereka berdua diberkati Tuhan menjadi sepasang suami istri dan mereka diberkati pula dengan dua orang anak, yang pertama cewe manis persis ibunya di beri nama Myke, yang kedua cowo persis bapaknya, apalagi hidung yang mirip jambu monyet, di beri nama Jammon (alias JambuMonyet) hehehehehehehhe :D

Pesan Moral
1. Bersyukurlah dengan bentuk tubuh yang Tuhan sudah berikan pada kita, entah hidung kita spt hidung si Bejo, atau mancung ke dalam, dll karena kita itu diciptakan serupa dan segambar dengan Allah. Jadi semua itu baik adanya.
2. Mengucap syukurlah dengan berkat yang Tuhan sudah berikan, jangan bersungut-sungut dan menggerutu kepada Tuhan.
3. Bagi yang sudah menikah dan melayani Tuhan, bagilah waktu anda sebaik mungkin antara pelayanan dan keluarga, karena Tuhan itu mengutamakan keutuhan keluarga. Pelayanan berhasil tapi kalau keluarga berantakan, itu sama saja menjadi orang yang munafik.
4. Jangan pernah memilih calon suami atau istri berdasarkan bentuk fisik, siapa tahu justru kekurangan fisik anda itu menjadi daya tarik yang mengagumkan (seperti Liana yang justru tertarik dengan bentuk hidung jambu monyet, jadi gemes bokk)
5. Dan jangan pernah memiliki akar kepahitan, sbab bisa membuat hidup kita menderita dan sengsara di siksa oleh kebencian.
6. Dan jangan pernah lupa ceritakan kebaikan Tuhan di dalam hidup kita kepada orang lain, sehingga orang lain juga mendapat kebaikan yang sama.

dikirim oleh : Johan Huang

J.O.Y

Cassius Clay, yang kemudian dikenal sebagai Muhammad Ali, adalah seorang petinju legendaris yang akhirnya menjadi penceramah agama di masa tuanya. Petinju berotak cerdas yang selalu tampil dengan ”aksi tarian” setiap kali bertinju ini, membukukan kemenangan 19 kali pada awal karirnya di dunia tinju pro. Selama bertinju di ring professional 56 kali, Ali menang KO 37 kali dan kalah 5 kali. Di masa tuanya, Ali yang menderita sakit parkinson itu berganti kegiatan, yakni menjadi penceramah agama dan banyak melakukan kegiatan bersifat amal.

Untuk apa kita hidup di dunia ini? Ada sebuah ungkapan berkata, “Muda foya-foya, tua kaya raya, mati masuk surga.” Masalahnya, bagaimana kalau kita mati muda ketika sedang menjalani hidup untuk mencari kesenangan dunia ini? Mampukah kita menolak atau mencegah datangnya maut ketika batas usia kita telah habis? Segala jerih payah yang kita tujukan untuk kesenangan diri, masihkah mengandung arti yang layak dibahas dengan bangga hati?

Tidak sedikit orang yang baru memberi diri bagi Tuhan pada sisa-sisa hidupnya. Ketika sudah tua, tenaga sudah tidak cukup kuat atau sakit-sakitan, ia baru bersedia untuk melayani Tuhan. Kelompok ini menganggap bahwa mengejar kekayaan dan ketenaran sebagai hal utama, sedangkan mencari Tuhan itu urusan belakang. Ironi! Tuhan yang seharusnya diutamakan, justru hanya mendapat remah-remahnya setelah kita mengenyam masa-masa hidup dengan segenap hawa nafsu. Masa ketika fisik masih kuat, dengan potensi penuh kita arahkan untuk kepentingan duniawi. Setelah masa berganti, kita memberikan sisa-sisa kepada-Nya, bukan yang terbaik.

Cinta kepada Tuhan terlihat dari bagaimana kita memprioritaskan Tuhan dalam hidup ini. Pada urutan ke berapa Tuhan diutamakan dalam hidup Anda? Yesus mengajarkan bahwa jika kita memprioritaskan-Nya, mencari kerajaan dan kebenaran-Nya, maka segala berkat akan Tuhan tambahkan. Bagaimana dengan prioritas kita hari ini. Apakah doa pagi ini membuktikan bahwa Tuhan berada di urutan paling akhir? Berbahagialah kita yang menempatkan-Nya sebagai Pribadi Utama di kehidupan ini!

sumber:http://www.ebahana.com

Pasti Bisa

Seorang pemain gelandang University of Louisiville bermimpi ingin menjadi pemain football yang profesional. tetapi sayang waktu sesudah wisuda ternyata tidak ada satupun klub yang berniat menawarinya masuk dalam tim mereka. Anak muda ini tidak menyerah begitu saja, dia lalu mencoba mengirim lamaran ke beberapa tim dan akhirnya dapat juga kesempatan dicoba di Pittsburgh Steelers. Tapi sekalipun dia sudah coba sekeras mungkin, dia akhirnya tetap ditolak juga. Banyak dari teman-temannya bilang, "Kamu tuh sial banget yach! Tempat kamu bukan di sini kali! Udah gantung sepatu aja!"

Tetapi dia tetap nekat masuk ke klub lain, kirim lamaran, tapi lagi-lagi dia tetap tidak berhasil.

Kebanyakan orang ketika mengalami gagal berkali-kali terus menyerah, namun anak muda ini tetap tidak menyerah. Dia tahu betul bagaimana kemampuannya dan meyakini bahwa suatu saat pasti impiannya menjadi kenyataan. Dia tetap sabar, tekun, terus latihan dan berusaha meraih kesempatan.

Pada suatu saat, dia mendapat undangan untuk dicoba di Tim Baltimore dan.... dia berhasil mencetak tiga gol berturut-turut. Sejak saat itu, kariernya melesat dan dia tercatat menjadi pemain gelandang terbaik yang pernah main di NFL, dialah Johnny Unitas.

Karena kegigihan, kesabaran, ketekunan, kemauan untuk terus berlatih, dan sikap optimis, sang pemuda yang berulang kali ditolak, malah menjadi pemain terbaik di NFL.

Di dalam Tuhan, sebenarnya kita bisa meraih semua mimpi-mimpi kita. Terkadang yang membuat kita gagal itu sebenarnya adalah diri kita sendiri, bukan kegagalannya. Kalau kita fokus pada sasaran mimpi kita dan punya keyakinan kalo kita bisa, pasti suatu saat mimpi kita akan menjadi kenyataan. Tidak semua kesuksesan itu diraih dengan cara mudah dan instan.

Jatuh bangun sewaktu membangun mimpi adalah hal biasa. Hanya orang yang tidak berhenti untuk mencoba yang suatu saat bakal meraih impiannya.

Andalkan Tuhan, bulatkan tekad, dan jangan berhenti untuk terus mencoba, maka suatu saat pasti kesempatan emas terbuka untuk meraih impian.

" Janganlah kecut dan tawar hati, sebab Tuhan Allahmu,
menyertai engkau kemanapun engkau pergi."
( Yosua 1 : 9 )

Sibuk, Sibuk, Sibuk !

Daniel 6: 11
... tiga kali sehari ia berlutut, berdoa serta memuji Allahnya, seperti yang biasa dilakukannya.

Mari kita melihat Daniel beberapa saat. Daniel adalah seorang seorang pemimpin besar dari Kerajaan Persia, ia yang bertanggung jawab atas semua tugas-tugas Raja dan segala persoalan pemerintahan. Sekarang apabila ada orang yang sangat sibuk, maka Daniel adalah orangnya. Namun diantara kesibukannya, ia menyediakan waktu untuk memisahkan diri dari semuanya itu dan berdoa tiga kali sehari.

Hal ini sangat menyentuh saya, seberapa sibukkah kita - sesungguhnya? Apakah yang sebenarnya kita lakukan?

Seperti ini, apabila kita mengabaikan hal-hal yang penting dari Tuhan, sesungguhnya kita sedang melakukan lebih dari apa yang diharapkanNya. Oleh sebab itu, susunlah kembali prioritas kita dengan teratur! Mari kita menjadi 'orang yang berdoa'! Sebab banyak sekali pekerjaan yang harus diselesaikan!

sumber: jawaban.com

Biarkan Tuhan Menilaimu

Apabila engkau berbuat baik, orang lain mungkin akan berprasangka bahwa ada maksud-maksud buruk di balik perbuatan baik yang kau lakukan. Tetapi, tetaplah berbuat baik.

Terkadang orang berpikir secara tidak masuk akal dan bersikap egois. Tetapi, bagaimanapun juga, terimalah mereka apa adanya.

Apabila engkau sukses, engkau mungkin akan mempunyai musuh dan juga teman yang iri hati atau cemburu. Tetapi teruskanlah kesuksesanmu itu.

Apabila engkau jujur dan terbuka, orang lain mungkin akan menipumu. Tetapi, tetaplah bersikap jujur dan terbuka.

Apa yang telah engkau bangun bertahun-tahun lamanya, dapat dihancurkan orang dalam satu malam saja. Tetapi, janganlah berhenti dan tetaplah membangun.

Apabila engkau menemukan kedamaian dan kebahagiaan di dalam hati, orang lain mungkin akan iri hati kepadamu. Tetapi, tetaplah berbahagia.

Kebaikan yang kau lakukan hari ini, mungkin besok dilupakan orang. Tetapi, teruslah berbuat baik.

Berikan yang terbaik dari apa yang kau miliki, dan itu mungkin tidak akan pernah cukup. Tetapi, tetap berikanlah yang terbaik.

Sadarilah bahwa semuanya itu ada di antara engkau dan Tuhan. Tidak akan pernah ada antara engkau dan orang lain. Jangan pedulikan apa yang orang lain pikir atas perbuatan baik yang kau lakukan. Tetapi percayalah bahwa mata Tuhan tertuju pada orang-orang jujur dan Dia sanggup melihat ketulusan hatimu.

Mother Theresa.

Sumber : Forum Bebas

Bangunlah dan Berjalanlah

Temanku... hari ini aku menantikan kehadiran dirimu. Namun pintu kamarmu tetap tertutup, pintu kamarmu belum dibuka. Engkau seakan tak ingin membiarkan dirimu dilihat orang lain, engkau tak ingin wajahmu yang mendung diketahui orang. Tapi temanku, seorang bijak pernah berkata; "Kadang aku harus keluar meninggalkan rumahku untuk menempuh suatu perjalanan panjang. Karena saya tahu bahwa dengan berbuat demikian sebagian masyalahku akan menjadi hilang."

Karena itu temanku, ketika engkau menemukan bahwa dirimu telah dipenuhi oleh berbagai bentuk ketakutan dan kecemasan, ketahuilah bahwa saat itu anda hendaknya ke luar rumah, menutup pintunya dan memulai suatu perjalanan. Dakilah bukit di samping rumahmu, berjalanlah di taman yang biasa kau kunjungi. Keluarlah dari kamarmu!!

Dalam hidup, tak ada sesuatupun yang sungguh amat menakutkan. Tak ada sesuatupun yang sungguh mencemaskan. Namun aku katakan padamu bahwa aku takut satu hal; aku takut berputar dan terus berputar di tempat tanpa suatu tujuan yang pasti. Ketika engkau menyembunyikan diri di balik pintu kamarmu, ketahuilah engkau seakan berputar di tempat, dan bebanmu tak akan pernah menjadi lebih ringan.

Lingkungan sekitarmu bukanlah hambatan yang besar. Orang lainpun bukanlah rintangan. Namun tantangan yang teramat berat adalah jiwa yang kian menyusut kecil. Bangunlah, angkatlah kopermu dan memulailah suatu perjalanan. Karena hidup manusia tak lebih dari pada sebuah ziarah. Kita selalu berada di jalan.

Aku yakin bahwa Yesus pun akan mengatakan yang sama: "Bangunlah, angkatlah tilammu dan berjalanlah!" (Yoh. 5:8)

Tarsis Sigho - Taipei
sighotarsi@yahoo.com
Pondok Renungan - http://www.pondokrenungan.com

Aspal Surga

Wahyu 21:21
"Jalan-jalan kota itu dari emas murni bagaikan kaca bening."

Suatu hari seorang penambang menemukan emas dalam yang sangat banyak. Tanpa berpikir lama, emas-emas batangan tersebut dimasukan dalam sebuah tas. Setiap hari kemanapun dia pergi, tas tersebut selalu ditentengnya hingga dia meninggal dan sudah masuk ke surga. Saat penambang itu tiba di tempat barunya itu, seorang malaikat bertanya mengapa ia membawa aspal. "Ini bukan aspal," jelasnya, "Ini emas." Sang Malaikat menanggapi perkataan manusia itu dengan berkata, "Di bumi, benda itu memang disebut emas, tetapi disini, di surga, kami memakainya untuk mengeraskan jalan-jalan."

Kisah diatas memang hanya sebuah lelucon. Namun, cerita ini mengajak kita berpikir tentang apa yang kita anggap berharga, dan apa yang benar-benar berharga bagi Allah.

Dalam Wahyu 21, digambarkan bagaimana jalan-jalan di surga adalah "emas murni bagaikan kaca bening" (ayat 21). Di dunia, kita bisa menilai emas sebagai logam yang paling berharga dan menjadikannya sebagai harta milik kita yang paling berharga. Namun di surga, kita berjalan di atas emas. Sungguh kontras!

Benda apa yang Anda anggap berharga di bumi ini? Saham, rekening bank. Kekaguman dan kemasyuran diri sendiri; itu semua tidak dinilai tinggi di surga. Bila tiba waktunya untuk mengucapkan selamat tinggal di bumi, nilai apakah yang masih tertinggal pada barang-barang tersebut?

Ingat, kekayaan sejati hanya ada di surga. Harta benda duniawi yang Anda miliki saat ini sifatnya hanyalah sementara.

Mereka yang menyimpan harta di surga adalah orang-orang terkaya di bumi.

Sumber: Kingdom Magazine Edisi Oktober 2009 - www.jawaban.com