Jangan Berkata

Jangan berkata "BAPA"
kalau sehari-hari engkau tidak berlaku sebagai anak.

Jangan berkata "KAMI"
kalau engkau hidup tersendiri dalam egoismemu

Jangan berkata "YANG DI SORGA"
kalau engkau hanya memikirkan hal-hal duniawi.

Jangan berkata "DIKUDUSKANLAH NAMA-MU"
kalau engkau tidak menghormati-Nya.

Jangan berkata "JADILAH KEHENDAK-MU"
kalau engkau tidak mau menerima kehendak Tuhan yang berat dan pahit.

Jangan berkata "BERIKANLAH KAMI PADA HARI INI MAKANAN KAMI YANG SECUKUPNYA"
kalau engkau tidak prihatin terhadap mereka yang lapar dan tanpa harapan hari esok.

Jangan berkata "AMPUNILAH KAMI AKAN KESALAHAN KAMI"
kalau engkau masih menyimpan kebencian terhadap sesama.

Jangan berkata "JANGANLAH MEMBAWA KAMI KE DALAM PENCOBAAN"
kalau engkau masih bermaksud ingin berbuat dosa.

Jangan berkata "LEPASKANLAH KAMI DARIPADA YANG JAHAT"
kalau engkau tidak berani melawan kejahatan.

Jangan berkata "AMIN"
kalau engkau tidak menganggap serius setiap kata dalam doamu.

Kayu Bakar

Ada seorang kakek yang hidup di dalam sebuah hutan. Setiap hari ia berjalan menyusuri hutan untuk mencari ranting-ranting kayu yang jatuh dari pohon, kemudian ia memungut setiap ranting kayu yang dapat ia lihat. Setiap ranting yang ia temukan, akan dimasukkannya ke dalam sebuah keranjang yang ia panggul. Kemudian ranting-ranting kayu itu ia bawa ke rumahnya dan dia gunakan sebagai kayu bakar. Ranting-ranting itu ia masukkan kedalam perapian, dan dari perapian itu ia bisa merasakan kehangatan dan terang yang mengisi seluruh rumahnya.

Dari cerita di atas, kita bisa lihat bahwa ranting-ranting kayu adalah diri kita para manusia yang telah dipungut oleh Yesus; sang kakek. Yesus mau memungut kita semua dari hutan dunia dan membawa kita semua kedalam rumah Kerajaan-Nya. Ia mau memanggul setiap kita yang letih dan lesu dalam keranjang salib-Nya. Kemudian Ia mau mengunakan setiap kita untuk menerangi hutan dunia yang gelap dan membawa hangat kedamaian dalam kerajaan-Nya. Ia membakar hidup kita dengan api pencobaan, Ia mengijinkan api itu berkobar dalam hidup kita agar orang daat melihat nyala terang hidup kita dalam hutan dunia yang gelap ini. Tuhan mengumpulkan kita di dalam gereja perapian agar nyala api kita dapat berkumpul dan menjadi semakin besar dan terang. Sehingga hutan dunia yang gelap dan dingin dapat merasakan cahaya dan kehangatan dari kita. 

Meskipun suatu saat nanti api kehidupan kita pasti mati tapi api itu sudah pernah memberikan terang dan kehangatan serta membakar ranting-ranting lain untuk ikut masuk kedalam perapian dan terus mempertahankan nyala api Kristus di dalam dunia ini.


Keajaiban Dalam Cuci Piring

"Saya suka cuci piring" kata gadis cilik itu.

"Mengapa?" tanyaku takjub.

"Karena saya suka melihat keajaiban setelah mencuci. Piring yang tadinya kotor dan berminyak bisa menjadi bersih dan mengkilap. Mengherankan.....," jawabnya dengan kedua bola mata yang berpendar indah.

Keajaiban dalam cuci piring. Wah, ini sungguh tak terpikirkan olehku. Keajaiban dalam hal-hal yang sangat sederhana. Gadis cilik itu satu diantara lebih dari seratus anak yang berkumpul dan menikmati camping rohani yang diadakan oleh sekolah minggu gerejaku. Dan tiba-tiba aku melihat dan merasakan keajaiban pada kumpulan anak kecil itu. Ternyata hidup adalah keajaiban. Dan keajaiban tidak semata suatu peristiwa yang luar biasa, yang menakjubkan, yang menjadi buah bibir bagi banyak orang. Keajaiban itu sangatlah sederhana dan dapat dinikmati bahkan dalam peristiwa-peristiwa kecil sehari-hari. Ternyata, hidup kita ini dikelilingi oleh banyak keajaiban. Tahukah anda?

Maka kita yang saat ini sedang mengejar keajaiban, mengharapkan dan merindukan keajaiban, tetapi merasa kecewa dan putus asa karena tak pernah menemukannya, mungkin perlu belajar dari gadis cilik itu. Dengan tangan mungilnya, dia dengan tekun mencuci piring makannya dan menemukan keajaiban yang dicari banyak orang saat menikmati hasil kerjanya. Dari piring yang kotor menjadi piring yang mengkilap.

"Saya suka mencuci piring, karena saya suka melihat keajaiban setelah mencuci....."

Keajaiban setelah mencuci. Keajaiban setelah bekerja keras membersihkan sisa-sisa lemak dan menggosok piring makannya sendiri. Keajaiban setelah berusaha.....

Mengapa kita seringkali hanya duduk diam menunggu keajaiban itu datang dengan sendirinya? Tidakkah keajaiban itu pun butuh proses kerja yang tidak ringan? Mengapa seringkali kita merasa kecewa karena disepelekan atau dianggap tidak ada? Tidakkah kita sendirilah yang perlu membuktikan keberadaan kita? Mengapa kita harus tergantung pada orang lain? Mengapa kita harus menganggap diri kita harus diperhatikan, harus dicintai, harus dipuji sebagai bukti keberadaan kita? Bukankah kita sendirilah yang harus berupaya untuk memperhatikan, mencintai dan memuji keberadaan orang lain sehingga mereka bisa tahu bahwa kita ada? Keajaiban hanya akan muncul setelah kita bekerja keras. Setelah gadis cilik itu membersihkan piringnya, dan tidak perlu menanti orang lain yang datang membersihkan piringnya. Gadis cilik itu melihat keajaiban setelah mencuci piringnya sendiri....

Keajaiban itu sesederhana hidup ini. Hidup yang harus dijalani, saat demi saat, hari demi hari, dijalani dan dinikmati. Dengan mengeluh dan merasa kecewa tanpa berbuat apa-apa, kita hanya akan mendapatkan semakin banyak kekecewaan dan perasaan putus asa pun kian dalam. Dan keajaiban yang kita harapkan semakin menjauh dari kita. Dengan matanya yang berpendar indah, gadis cilik itu itu memandang piring makan yang kini mengkilap bersih setelah dia mencucinya. Inilah keajaiban itu. Inilah kegembiraan baginya. Dia tidak menunggu seseorang datang dan membersihkannya. Lalu akan merasa kecewa dan sakit hati jika ternyata tak ada yang mau membantunya untuk mencuci piringnya sendiri. Tidak. Dia bekerja sendiri. Dia berusaha sendiri. Dan menikmati hasilnya sendiri. Keajaiban ada setelah dia mencuci piringnya. Dan dia menikmatinya. Menikmatinya.

Source: A. Tonny Sutedja - tonny_sutedja@yahoo.com
Pondok Renungan - http://www.pondokrenungan.com/

Melawan Air Pasang

Apakah perbedaan antara seorang nelayan pemula dengan nelayan yang sudah berpengalaman? Selain cara menangkap ikan, yang menjadi pembeda diantara mereka adalah sikap ketika air pasang datang. Bagi yang baru pertama kali berlayar ke laut, mereka pasti panik dan ketakutan saat perahu mereka diombang-ambingkan oleh air yang besar, tetapi nelayan yang berpengalaman akan bersikap tenang dan mendayung dengan sekuat tenaga agar bisa sampai ke daratan.

Nelayan yang baru pertama kali berlayar merasa ketakutan sangat dan mengambil tindakan untuk panik karena mereka percaya pada arus air, tetapi sebaliknya mereka yang berpengalaman di laut terus berjuang karena mereka pernah melaluinya dan selamat. Pengalaman mereka lolos dari air pasang sebelum-sebelumnya memberi keyakinan yang besar bahwa mereka akan lolos dari bahaya air pasang yang datang selanjutnya.

Bila kita terus menerus hidup di dalam Allah maka ketika masalah besar atau pergumulan begitu berat dihadapi, kita akan tetap percaya bahwa semuanya itu pasti bisa terlewati dengan kemenangan gilang gemilang. Keyakinan ini tidak terjadi dalam satu hari atau lewat satu peristiwa saja, tetapi hari demi hari dan banyak peristiwa.

Apakah hidup Anda saat ini sedang mengalami banyak permasalahan dan ingin mengambil keputusan untuk menyerah? Saya menegur dalam kasih Kristus, jangan melakukan itu. Allah menginginkan Anda menjadi pemenang dan meraih berkat-berkat yang telah disiapkan ketika Anda dapat melewati ‘air pasang' tersebut. Oleh karenanya, lawan semua masalah itu bersama Allah dan jadilah anak kebanggaan-Nya.

Sebesar apapun air pasang yang menerjang kehidupan Anda, lebih besar Allah yang menyertai kehidupan Anda.

Sumber: God Calling; A.J Russell; Penerbit Pionir Jaya

Dihajar Untuk Bertumbuh

Amsal 3:11

"Hai anakku, janganlah engkau menolak didikan TUHAN,
dan janganlah engkau bosan akan peringatan-Nya."
 
Siapa yang senang dengan penderitaan? Saya yakin 99% pasti tidak ada seorang pun yang menginginkannya. Namun, sadarkah Anda bahwa Allah terkadang menggunakan hal itu untuk membuat kerohanian Anda bertumbuh?

Sebuah penelitian menunjukkan bahwa benih sebagian semak harus dihancurkan oleh badai agar dapat berkecambah. Benih-benih itu diselimuti oleh cangkang keras yang berfungsi menjaga agar air tidak masuk. Hal itu memungkinkan mereka tergeletak dalam keadaan istirahat di atas pasir selama beberapa musim sampai kondisinya tepat untuk bertumbuh.

Saat hujan lebat datang, benih-benih kecil itu terbawa banjir bandang. Mereka terbanting ke pasir, kerikil dan bebatuan sewaktu meluncur menuruni tebing. Akhirnya benih-benih itu sampai di sebuah dataran rendah. Di situ tanahnya telah basah sedalam beberapa jengkal. Setelah itu barulah mereka mulai bertumbuh, karena butiran air telah diserap melalui torehan dan sobekan yang mereka alami saat terjatuh.

Demikian pula kesulitan diperlukan untuk membangunkan roh orang-orang percaya yang sedang tidur. Ini mungkin menyakitkan sesaat, namun apabila kita berserah kepada Allah maka kita akan menemukan bahwa tanda memar dalam kehidupan dapat menandai awal kemajuan rohani. Kita mungkin lebih suka menjadi benih, namun Dia ingin agar kita menjadi pohon yang berbuah banyak.

Untuk meraih keberhasilan, ada penderitaan yang harus Anda lalui terlebih dahulu.

Sumber: Kingdom Magazine Oktober 2009